Makna keris pusaka luk 5 berdhapur Bakung


(foto by Yanto)

Keris diatas adalah salah satu dari beberapa keris pusaka berluk 5, warisan turun temurun yang ada dalam pemeliharaan penulis, estimasi pembuatannya adalah awal abad 19 atau sebelumnya, merupakan sebuah keris bergaya Melayu Palembang, dapat dilihat dari bentuk sampir warangkanya/sarungnya, hulu atau gagangnya terbuat dari kayu dengan ukiran yang rumit, detail dan indah, terkategori sebagai desain hulu burung.

Bilahnya terkategori berdhapur/tipe Bakung, berluk 5, dengan pamor tirto tumetes atau air yang menetes;

Luk 5 merupakan keris simbolik penanda keningratan sebagaimana yang telah penulis bahas dalam artikel sebelumnya;

Makna dan filosofi dari bilah dan pamor :

Dapur bakung adalah mengambil nama dari sebuah tanaman bunga, yaitu bunga bakung, bunga bakung merupakan bagian dari genus lilium atau yang dalam bahasa Inggris disebut Lily. Dalam berbagai peradaban dunia, bunga lily memiliki makna masing-masing, misalnya dalam adat pernikahan Yunani Kuno, mempelai wanita mengenakan mahkota bunga lily dan gandum sebagai perlambang kemurnian dan kelimpahan, dalam peradaban mesir kuno, bunga lily dimaknai sebagai perlambang kesuburan dan kelahiran kembali, dalam budaya Tiongkok, bunga lily dilambangkan sebagai pesona keberuntungan, didalam peradaban India kuno, lily dikaitkan dengan upacara kematian, yaitu dianggap sebagai lambang kesucian yang dipercaya oleh mereka sebagai pemutus karma untuk mengembalikan kesucian orang-orang yang telah meninggal.

Di Nusantara, bunga Bakung atau Crinum Asiaticum, merupakan tanaman liar yang mudah dijumpai ditempat-tempat seperti pinggiran sungai, danau, hutan, sampai di ladang, ditempat-tempat subur dan teduh tersebutlah Bunga Bakung tumbuh dengan baik, pada zaman dahulu tanaman ini digunakan sebagai pertanda untuk membaca tanda-tanda alam kaitannya dengan aktivitas pertanian (ilmu titen pranata mangsa), bagi petani di jawa pada jaman dahulu, walau musim penghujan sudah tiba, akan tetapi bunga bakung belum berbunga, mereka biasanya belum akan memulai menanam sampai menunggu Bakung berbunga, demikian sekilas perihal bunga bakung;

Dalam khazanah perkerisan, Dhapur Bakung dimaknai sebagai lambang dari ketangguhan atau kekuatan seorang laki-laki untuk bertahan dalam situasi apapun, kenapa demikian? oleh karena umbi tanaman bakung akan senantiasa mengalami masa dorman yaitu seolah-olah mati dalam tanah, tetapi suatu saat akan tumbuh kembali  dan memunculkan bunga-bunga yang indah dimanapun tempatnya, bunga bakung juga disimbolkan sebagai lambang kebanggaan karena bunganya berbentuk terompet atau bintang;
(disarikan dari beberapa artikel pada griyokulo.com)

adapun makna pamor tirto tumetes atau air yang mengalir/menetes adalah melambangkan harapan atau doa dari sang empu maupun pemegang keris kepada Tuhan yang Maha Esa, agar selalu diberkahi kelimpahan karunia, berkah, rezeki yang tiada terputus dari Sang Pencipta, untuk itu makna dari pamor tersebut adalah mengajak atau selalu mengingatkan untuk terus menerus tidak berputus asa, berusaha dan berdoa untuk memperoleh rahmat karunia Tuhan, yaitu Allah SWT, yang memiliki karunia yang besar dan tiada terputus kepada umat manusia, demikian kira-kira pemaknaannya.

Diatas dikatakan, keris ini adalah keris Palembang, kira-kira apa yang dapat digali dari keris ini tentang keterkaitan sejarah, politik, budaya, geneologis dan lain sebagainya, antara Palembang dan Belitung pada masa lalu? khususnya pada era pemerintahan Kedepatian Cakraningrat Belitung? Hal tersebut akan penulis bahas dalam artikel khusus dilain waktu, tetap semangat, salam budaya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koleksi Pisopodang di Museum Tanjungpandan

Koleksi Parang Nabur di Museum Tanjungpandan