tag:blogger.com,1999:blog-68429764114756207422024-03-14T07:15:44.079-07:00Belitong DjadoelSeputar Budaya dan Sejarah Belitung pada umumnya, termasuk mengenai peninggalan benda dan senjata pusaka di Belitung.Belitongdjadoelhttp://www.blogger.com/profile/12290830562209634753noreply@blogger.comBlogger16125tag:blogger.com,1999:blog-6842976411475620742.post-26765830197190939292018-10-21T03:55:00.002-07:002018-10-21T04:28:39.973-07:00Makna keris pusaka luk 5 berdhapur Bakung<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUiysYsulYw8bYqsllLFnzmgAKhrWGJT90eijsiEdyoEnZnnWM48tJrOk2iXtptl_BrdP5VQVa9LtiGuj5nJYt7X7SdmIlj0gw7Y8NzNwlL8gLkbuuDqWweIOCe-r9KkYvqDei7Zh7_tSe/s1600/27939321_10214437638286668_80424875_n+-+Copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="602" data-original-width="960" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUiysYsulYw8bYqsllLFnzmgAKhrWGJT90eijsiEdyoEnZnnWM48tJrOk2iXtptl_BrdP5VQVa9LtiGuj5nJYt7X7SdmIlj0gw7Y8NzNwlL8gLkbuuDqWweIOCe-r9KkYvqDei7Zh7_tSe/s320/27939321_10214437638286668_80424875_n+-+Copy.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCzuotAzUyV6VIJZdZtkYCyws2IOTG2ZuAZGqe354b6Zf-Bi5bj9U5hZK_QxGzdImk4V9MEcXL6ejbzQLNPbDPipkaf8Ire1-KN-ggG3AOUhBXx_b7cOf4i0ivsnPahxRMqPUoCdCx-6jQ/s1600/27848281_10214437721408746_388926940_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="960" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCzuotAzUyV6VIJZdZtkYCyws2IOTG2ZuAZGqe354b6Zf-Bi5bj9U5hZK_QxGzdImk4V9MEcXL6ejbzQLNPbDPipkaf8Ire1-KN-ggG3AOUhBXx_b7cOf4i0ivsnPahxRMqPUoCdCx-6jQ/s320/27848281_10214437721408746_388926940_n.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
(foto by Yanto)</div>
<br />
Keris diatas adalah salah satu dari beberapa keris pusaka berluk 5, warisan turun temurun yang ada dalam pemeliharaan penulis, estimasi pembuatannya adalah awal abad 19 atau sebelumnya, merupakan sebuah keris bergaya Melayu Palembang, dapat dilihat dari bentuk sampir warangkanya/sarungnya, hulu atau gagangnya terbuat dari kayu dengan ukiran yang rumit, detail dan indah, terkategori sebagai desain hulu burung.<br />
<br />
Bilahnya terkategori berdhapur/tipe Bakung, berluk 5, dengan pamor tirto tumetes atau air yang menetes;<br />
<br />
Luk 5 merupakan keris simbolik penanda keningratan sebagaimana yang telah penulis bahas dalam artikel sebelumnya;<br />
<br />
Makna dan filosofi dari bilah dan pamor :<br />
<br />
Dapur bakung adalah mengambil nama dari sebuah tanaman bunga, yaitu bunga bakung, bunga bakung merupakan bagian dari genus lilium atau yang dalam bahasa Inggris disebut Lily. Dalam berbagai peradaban dunia, bunga lily memiliki makna masing-masing, misalnya dalam adat pernikahan Yunani Kuno, mempelai wanita mengenakan mahkota bunga lily dan gandum sebagai perlambang kemurnian dan kelimpahan, dalam peradaban mesir kuno, bunga lily dimaknai sebagai perlambang kesuburan dan kelahiran kembali, dalam budaya Tiongkok, bunga lily dilambangkan sebagai pesona keberuntungan, didalam peradaban India kuno, lily dikaitkan dengan upacara kematian, yaitu dianggap sebagai lambang kesucian yang dipercaya oleh mereka sebagai pemutus karma untuk mengembalikan kesucian orang-orang yang telah meninggal.<br />
<br />
Di Nusantara, bunga Bakung atau Crinum Asiaticum, merupakan tanaman liar yang mudah dijumpai ditempat-tempat seperti pinggiran sungai, danau, hutan, sampai di ladang, ditempat-tempat subur dan teduh tersebutlah Bunga Bakung tumbuh dengan baik, pada zaman dahulu tanaman ini digunakan sebagai pertanda untuk membaca tanda-tanda alam kaitannya dengan aktivitas pertanian (ilmu titen pranata mangsa), bagi petani di jawa pada jaman dahulu, walau musim penghujan sudah tiba, akan tetapi bunga bakung belum berbunga, mereka biasanya belum akan memulai menanam sampai menunggu Bakung berbunga, demikian sekilas perihal bunga bakung;<br />
<br />
Dalam khazanah perkerisan, Dhapur Bakung dimaknai sebagai lambang dari ketangguhan atau kekuatan seorang laki-laki untuk bertahan dalam situasi apapun, kenapa demikian? oleh karena umbi tanaman bakung akan senantiasa mengalami masa dorman yaitu seolah-olah mati dalam tanah, tetapi suatu saat akan tumbuh kembali dan memunculkan bunga-bunga yang indah dimanapun tempatnya, bunga bakung juga disimbolkan sebagai lambang kebanggaan karena bunganya berbentuk terompet atau bintang;<br />
(disarikan dari beberapa artikel pada griyokulo.com)<br />
<br />
adapun makna pamor tirto tumetes atau air yang mengalir/menetes adalah melambangkan harapan atau doa dari sang empu maupun pemegang keris kepada Tuhan yang Maha Esa, agar selalu diberkahi kelimpahan karunia, berkah, rezeki yang tiada terputus dari Sang Pencipta, untuk itu makna dari pamor tersebut adalah mengajak atau selalu mengingatkan untuk terus menerus tidak berputus asa, berusaha dan berdoa untuk memperoleh rahmat karunia Tuhan, yaitu Allah SWT, yang memiliki karunia yang besar dan tiada terputus kepada umat manusia, demikian kira-kira pemaknaannya.<br />
<br />
Diatas dikatakan, keris ini adalah keris Palembang, kira-kira apa yang dapat digali dari keris ini tentang keterkaitan sejarah, politik, budaya, geneologis dan lain sebagainya, antara Palembang dan Belitung pada masa lalu? khususnya pada era pemerintahan Kedepatian Cakraningrat Belitung? Hal tersebut akan penulis bahas dalam artikel khusus dilain waktu, tetap semangat, salam budaya!Belitongdjadoelhttp://www.blogger.com/profile/12290830562209634753noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6842976411475620742.post-83860268672622452572018-10-21T02:45:00.001-07:002020-09-28T05:28:48.761-07:00Peran pusaka bagi kekuasaan para raja atau penguasa di Nusantara tempo dulu<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;">Kedudukan benda-benda pusaka dalam sistem kekuasaan tradisional Nusantara jaman dahulu, memiliki peranan sentral, pusaka adalah lambang Legitimasi dari Penguasa atas kekuasaannya, hal senada sebagaimana disinggung para Sarjana kita, diantaranya sebagai berikut :</span><br />
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;">"sebagai penguasa, Sultan didampingi oleh benda-benda pusaka (regalia) yang berfungsi untuk mendukung kekuasaan raja. Pusaka juga berfungsi sebagai tanda pemberian mandat kepada pembawa atau penerimanya untuk memperkuat legitimasi kekuasaannya, biasanya seorang raja akan mengumpulkan pusaka di keraton. benda-benda pusaka biasanya berupa keris, tombak atau bendera yang dikeramatkan (Selo Soemardjan 1962; 17-18 ; Moeldjanto dalam Antlov dkk, 2001 : xxi)</span><br />
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;"><br />
Dengan demikian keberadaan benda-benda pusaka ini sangat penting, sehingga timbul kepercayaan pada penguasa-penguasa jaman dahulu, hilang pusaka berarti hilang pula kekuasaan. Hal ini dapat tergambar dari salah satu fragmen sejarah di Kesultanan Palembang, yaitu saat terjadi perang antara Kesultanan Palembang dengan Inggris pada tahun 1812, Sultan Mahmud Badaruddin II yang mengalami kekalahan dalam perang waktu itu, beliau memerintahkan untuk mengamankan semua pusaka Kerajaan ke Pedalaman, tempat persembunyian beliau dan pengikutnya (ke daerah Belida), berpindahnya pusaka kerajaan berarti berpindah pula kekuasaan, hal ini menunjukkan kesiapan Sultan Mahmud Badaruddin II untuk melanjutkan perjuangan di daerah Uluan (Hulu). Pusaka Kesultanan Palembang itu berupa Keris, Pedang hulu kencana, tombak, tunggul tulis perada, tunggul payung (payung kerajaan), bedil seri padah, cap stempel Sultan Mahmud Badaruddin II (woelders1975; 91, 130, 184, Syair perang)</span><br />
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;"><br />
(Farida R. Wargadalem, Kesultanan Palembang dalam pusaran konflik 1804-1825, 2017, hal 13)</span><br />
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;"><br />
Dari sekian macam pusaka, yang terutama adalah Keris, mengapa Keris, karena keris adalah suatu benda ungkapan atau benda simbolik, yang didalamnya penuh dengan rincian-rincian simbol yang mewakili makna-makna atau maksud tertentu, secara morfologis, dilihat dari garis besar tipe atau dapur keris, itu juga mewakili makna-makna tertentu yang saling berbeda antara satu dengan tipe keris yang lain, dari jumlah lekukan atau Luk keris, itu juga mewakili makna-makna tertentu, begitupun pula ciri-ciri kecil atau ornamen pada bilah keris (disebut ricikan keris) juga mewakili makna tertentu. Masyarakat Nusantara pada jaman dahulu mengerti bahasa-bahasa Simbolik seperti ini. Jadi oleh karena keris merupakan benda simbolik, maka akan lebih mudah digunakan sebagai pusaka penanda kekuasaan atau dengan kata lain Keris dijadikan benda yang memiliki dimensi atau fungsi politik pada masa lalu, sebagaimana yang diterangkan Selo Soemardjan diatas, Pusaka juga berfungsi sebagai tanda pemberian mandat kepada pembawa atau penerimanya untuk memperkuat legitimasi kekuasaannya, Keris seringkali dijadikan tanda pemberian mandat tersebut dari seorang Raja kepada penguasa-penguasa bawahannya;</span><br />
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;"><br />
Jadi keris bisa dianalogikan sebagai SK atau Surat Keputusan dari seorang raja atau penguasa, kepada penguasa bawahannya, sebagai bentuk mandat ataupun pendelegasian sebuah kewenangan atau kekuasaan tertentu kepada yang menerimanya. Alam pikiran peradaban Barat dan Timur memang berbeda, apabila alam pemikiran barat lebih cenderung lugas, logis, real/nyata, misalnya pada jaman dahulu, tanda pendelegasian kekuasaan dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda kepada bawahannya seumpama Residen dll, maka tanda pendelegasiannya adalah Surat Keputusan atau Besluit, sedangkan alam pemikiran timur masyarakat Nusantara jaman dahulu, lebih menekankan pada sisi rasa, simbolic, abstrak, sebagaimana yang telah dijelaskan;</span><br />
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;"><br />
Kaitannya dengan Keris, sebagai Contoh, keris ber luk 5, dalam khazanah budaya perkerisan jaman dahulu dikatakan bahwa keris-keris berluk 5 hanya dimiliki oleh raja, pangeran dan keluarga raja serta para bangsawan, selain mereka tidak ada orang lain yang boleh memiliki atau menyimpan keris ber luk 5. Demikian aturan yang berlaku di masyarakat perkerisan jaman dahulu, keris-keris berluk 5 hanya boleh dimiliki oleh orang-orang keturunan dan bangsawan kerabat kerajaan, memiliki kemapanan sosial dan menjadi pemimpin masyarakat, dengan kata lain keris ber luk 5 adalah merupakan keris keningratan (cek di http://www.kerispusakajawa.com/2017/04/keris-luk-lima.html);</span><br />
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;"><br /></span>
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;">Berdasarkan paragraf diatas, dengan demikian keris juga berfungsi sebagai simbol status sosial dalam kemasyarakatan tempo dulu, dan oleh karena keris luk 5 dikatakan sebagai keris simbol keningratan, maka ia sekaligus juga berfungsi sebagai penanda kekuasaan politik pada waktu itu, dikarenakan sistem kekuasaan di Nusantara kala itu masih menganut Sistem Kerajaan;</span><br />
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;"><br /></span>
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;">Salah satu dari beberapa warisan pusaka keris berluk 5 yang ada dalam pemeliharaan penulis;</span><br />
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;"><br /></span>
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;">
</span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIggThyphenhyphenVBIW5_qYYwsqxxBXJgfczrafa5NRlcFW-JTXJRfbQbj0tedq5N9hwaTc3NyKsRRVrJgIgaPN7dVD5vjSxywHqxaqVpm0qp99S2IBMAZqJQ-Mc-KCynec9emfSH-nVqRsDe9VyKW/s1600/27849158_10214437679527699_1158059573_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIggThyphenhyphenVBIW5_qYYwsqxxBXJgfczrafa5NRlcFW-JTXJRfbQbj0tedq5N9hwaTc3NyKsRRVrJgIgaPN7dVD5vjSxywHqxaqVpm0qp99S2IBMAZqJQ-Mc-KCynec9emfSH-nVqRsDe9VyKW/s1600/27849158_10214437679527699_1158059573_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;"></span></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgC8ls8LB8MU0mWfo4VW8avij7gj3kk_BkhNOCbSqrnAa4HXToTpw1F5cJOF8-HWo9Gy7XWYoljtKtO1LU38UOXVio-VuAL-gGTbbC5qSfZNMfWfaiTw2bjY6OBIbdHpFMXA5DtwNjDi7z4/s1600/27848281_10214437721408746_388926940_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="960" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgC8ls8LB8MU0mWfo4VW8avij7gj3kk_BkhNOCbSqrnAa4HXToTpw1F5cJOF8-HWo9Gy7XWYoljtKtO1LU38UOXVio-VuAL-gGTbbC5qSfZNMfWfaiTw2bjY6OBIbdHpFMXA5DtwNjDi7z4/s320/27848281_10214437721408746_388926940_n.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="text-align: justify;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;">(gagang/hulu memiliki ukiran yang rumit dan indah)</span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYS-gFjYCdCMywVkxwcGx3mZ_XbI0FOb4jjQkIz1lnCnRI1ea42Jtau2a0a9_qPwnwVqOdy4NgsFDps_hLPTSnS7ilm65cS6M2BE57ZLUHlV7c3ThbvxjUqI1cHnET1K9umh8hTW1-GLDT/s1600/27849158_10214437679527699_1158059573_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="960" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYS-gFjYCdCMywVkxwcGx3mZ_XbI0FOb4jjQkIz1lnCnRI1ea42Jtau2a0a9_qPwnwVqOdy4NgsFDps_hLPTSnS7ilm65cS6M2BE57ZLUHlV7c3ThbvxjUqI1cHnET1K9umh8hTW1-GLDT/s320/27849158_10214437679527699_1158059573_n.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="text-align: justify;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;">(bilah yang tengah)</span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgC8ls8LB8MU0mWfo4VW8avij7gj3kk_BkhNOCbSqrnAa4HXToTpw1F5cJOF8-HWo9Gy7XWYoljtKtO1LU38UOXVio-VuAL-gGTbbC5qSfZNMfWfaiTw2bjY6OBIbdHpFMXA5DtwNjDi7z4/s1600/27848281_10214437721408746_388926940_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;"></span></a></div>
<div style="text-align: center;">
foto by Yanto</div>
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;"><span style="text-align: justify;"><span style="font-size: xx-small;"></span></span></span>
<br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; text-align: start; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;"><span style="text-align: justify;"><span style="font-size: xx-small;"><span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;"></span></span></span></span></div>
<br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; text-align: start; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<span face=""arial" , "helvetica" , sans-serif" style="background-color: #999999;">Adapun mengenai deskripsi lebih jauh mengenai keris diatas, akan penulis uraikan dalam artikel tersendiri, demikian, salam budaya;</span></div>
Belitongdjadoelhttp://www.blogger.com/profile/12290830562209634753noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6842976411475620742.post-91277676651651903472018-10-20T13:03:00.003-07:002018-10-21T00:30:31.033-07:00Foto-foto lawas Mesjid Jamek Tanjungpandan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi38GUsai5rtufGFCA6HFkKh3_KOJhEkDVsNOyNnZMlMXSykyTQ7u33XN_gZglJRXXdcYw0T9nbxPFYbuiJ84tsbXEZKta5kqw27FYF-2oLXzejnfTN1pCyiFWCqGbMHov9aR7PZYTiTTnX/s1600/37197223_2220158934667602_8443023384509415424_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="664" data-original-width="960" height="221" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi38GUsai5rtufGFCA6HFkKh3_KOJhEkDVsNOyNnZMlMXSykyTQ7u33XN_gZglJRXXdcYw0T9nbxPFYbuiJ84tsbXEZKta5kqw27FYF-2oLXzejnfTN1pCyiFWCqGbMHov9aR7PZYTiTTnX/s320/37197223_2220158934667602_8443023384509415424_n.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhafUukzxUCDKgcdQuYpo51bF_A3otBLcxjfTQSi4qi-A5Ti6BhaOb3ztxo9fvn7QpRVpWZWXVmXr6lzYkOt90FAC6vxxRk9hXc6l0nWjb_j12g0aUh0Sx0OOrkAYeA8hhdjVoq9Evd-MEH/s1600/36924193_2220156284667867_8763201492640333824_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="627" data-original-width="960" height="209" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhafUukzxUCDKgcdQuYpo51bF_A3otBLcxjfTQSi4qi-A5Ti6BhaOb3ztxo9fvn7QpRVpWZWXVmXr6lzYkOt90FAC6vxxRk9hXc6l0nWjb_j12g0aUh0Sx0OOrkAYeA8hhdjVoq9Evd-MEH/s320/36924193_2220156284667867_8763201492640333824_n.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh6Kx80MraIvPWivCI3aVqopMk9umFYOYHfn6BQDGwqzsCs12FvPrzXBFBWvlD3zhvkBD-GclJQUpzJEagSeho9gtdDkPkPiMHDG6brMuxPs8spYiGl9ODEdEEVZ3xk6gArNkeCBp3aQwF/s1600/37325448_2220156344667861_2767570122590650368_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="604" data-original-width="960" height="201" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh6Kx80MraIvPWivCI3aVqopMk9umFYOYHfn6BQDGwqzsCs12FvPrzXBFBWvlD3zhvkBD-GclJQUpzJEagSeho9gtdDkPkPiMHDG6brMuxPs8spYiGl9ODEdEEVZ3xk6gArNkeCBp3aQwF/s320/37325448_2220156344667861_2767570122590650368_n.jpg" width="320" /></a></div>
Diatas adalah foto-foto Djadoel dari Mesjid Jamek Tanjongpandan, atau yang sekarang dinamakan Mesjid Agung Al-Mabrur.<br />
<br />
Foto-foto diatas, sayangnya tidak jelas diambil tahun berapa, tapi untuk foto yang paling atas adalah diambil dari masa yang lebih terkemudian, sekitar tahun 1990an penulis masih ingat bentuk Mesjid Jamek kurang lebih masih sama seperti foto paling atas tersebut.<br />
<br />
Didalam buku Gedenboek, disebutkan bahwa Mesjid Jamek didirikan tahun 1870. Didirikannya adalah pada era Pemerintahan Depati Kiagus Muhammad Saleh selaku Depati Belitung (Depati Cakradiningrat 9), beliau adalah Depati Belitung terakhir yang menjabat menggantikan mendiang Kakanda beliau yaitu Depati Rahad, yaitu sejak tahun 1854 sampai dengan tahun 1873, tahun 1873 dikarenakan sudah merasa uzur usianya, Depati Muhammad Saleh mengundurkan diri dari Jabatan Depati, pengunduran diri beliau ini menandai berakhirnya Pemerintahan Kedepatian Belitong, yang sudah bertahan lebih kurang dua setengah abad di Pulau Belitung, yaitu sejak Medio abad 17 di Balok.<br />
<br />
Depati Kiagus Muhammad Saleh meninggal di Tanjungpandan pada tahun 1876, dimakamkan cukup jauh dari Tanjungpandan, yaitu di Desa Cerucuk, yaitu di Komplek Pemakaman Situs "kota" Tanah, persis di tepian sungai Cerucuk dekat LAPAS Tanjungpandan saat ini, beliau dimakamkan didekat makam ayah beliau yaitu Kiagus Hatam (Depati Cakradiningrat ke 7, meninggal tahun 1815), Pada tanggal 15 Januari 1876, dalam keadaan sakit keras menjelang wafatnya, Depati Kiagus Muhammad Saleh masih sempat membuat Surat Wasiat atau Testament dihadapan Pejabat Notaris di Tanjungpandan kala itu yaitu Mr. Willem Verderk Karrel, salinan dokumen alhamdulillah masih terpelihara sampai kini, demikian.Belitongdjadoelhttp://www.blogger.com/profile/12290830562209634753noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6842976411475620742.post-51532166488460015572018-10-20T12:32:00.000-07:002018-10-21T00:26:06.889-07:00Suasana di Jl. Depati Rahad tempoe doeloe<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9-6SeStxWm1eDuV6ZrGnfTIEdSjaqwaCB_5LQer7ScoX4S00DSDMUgPscSM6k2s3lKmb0vykbGD4w2eWqsmdRQYHJVCL-9qaB0u7oaPBVRSaF1ZWH0yS5xqmF3NrSzQNVvSCmupULsztZ/s1600/35282181_2166316813385148_4923589494105440256_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="788" data-original-width="960" height="262" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9-6SeStxWm1eDuV6ZrGnfTIEdSjaqwaCB_5LQer7ScoX4S00DSDMUgPscSM6k2s3lKmb0vykbGD4w2eWqsmdRQYHJVCL-9qaB0u7oaPBVRSaF1ZWH0yS5xqmF3NrSzQNVvSCmupULsztZ/s320/35282181_2166316813385148_4923589494105440256_n.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Rumah dalam foto diatas berlokasi di Jalan Depati Rahad, kelurahan Kota, Kecamatan Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, tepatnya di RT 07 RW 09. Foto diambil sekitar tahun 1950an.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Adalah Rumah Kiagus Muhammad Said (Alm), yaitu Ramonda-nya/ayah dari Kiagus Bustami (Alm), yang di era tahun 70an pernah menjabat anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tk II Belitung. Beliau adalah cicit dari Kiagus Muhammad Saleh (Depati Cakradiningrat 9). Rumah ini sekarang sudah tiada, letak tepatnya sekarang kira-kira persis disamping Toko Iwan Cis, yang banyak menjual tanaman hias Bonsai di serambi toko dan rumahnya, berhadapan/diseberang Mesjid Jamik Al-Mabrur Tanjungpandan (Foto ini masih tersimpan dirumah Bang Iwan dan Rumah Mak Sot, yang letaknya berdekatan).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut penuturan Mak Sot, yaitu anak dari Kiagus Bustami (Alm), dari hasil wawancara penulis, beliau menceritakan bahwa rumah orang tuanya tersebut terakhir berdiri sekitar awal tahun 1960an, kemudian karena sudah uzur termakan usia, rumah tersebut dirubuhkan, diganti dengan bangunan baru, yang mengadopsi model lebih kekinian kala itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rumah panggung model diatas adalah rumah terakhir yang berdiri dan masih sempat terdokumentasikan, sebelumnya dari penuturan tetua-tetua dikampung Rahad, jaman dulu rumah-rumah di Jalan Rahad (dulu dijaman Belanda disebut Gang Depati) kebanyakan menganut model rumah panggung tinggi yang kurang lebih serupa dengan rumah dalam foto tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kampung Rahad pada jaman dahulu dikenal dengan sebutan kampong Raje oleh masyarakat Belitung, namun tetua-tetua kampung Rahad lebih familiar dengan sebutan Kampung Ume, dalam berbagai informasi sejarah yang tercatat, diantaranya dari catatan diary para eksplorer Timah diketahuilah, yang bermukim awal di wilayah tersebut adalah Kiagus Muhammad Saleh atau Depati Cakradiningrat ke 9 (Depati Belitong terakhir, meninggal pada tahun 1876 bermakam di Cerucuk, komplek pemakaman "kota" tanah) beserta keluarga dan pengikutnya, yaitu dikatakan pemukimannya berada ditepian Air Beruta', Air Beruta' adalah Sungai kecil yang sampai sekarang masih mengalir persis di sebelah Bank BPR Syariah Babel, Jl. Jend Sudirman. Adapun Kakanda dari Kiagus Muhammad Saleh yaitu Kiagus Rahad atau Depati Cakradiningrat ke 8 (meninggal 1854 bermakam di Air Labu Kembiri) bermukim berapa Kilometer dari Kampung Ume ini, yaitu diarah ke Jalan Bukit di sekitaran Bukit Kecil yang dahulu terletak Hotel Dian (dijaman Belanda diatas bukit terdapat Benteng Kuehn).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali ke model rumah panggung diatas, oleh para pemerhati Budaya Belitong dikatakan bahwa Rumah Panggung dengan model yang cukup tinggi tersebut adalah model rumah Bangsawan atau Ningrat Belitung pada masa lalu, yaitu anak tangganya lebih dari tiga, sedangkan rumah panggung tradisional masyarakat pada umumnya, anak tangganya maksimal tiga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 2009, Pemerintah Daerah Kabupaten Belitung, di zaman Bupati Ir. Darmansyah Husein meresmikan Rumah Panggung dengan mengambil model rumah Panggung Tradisional ala Bangsawan Belitong Tempo dulu sebagaimana diatas, yang kemudian oleh Pemerintah Daerah dijadikan ikon Rumah "adat" Belitung. Letaknya di Jalan A. Yani Tanjungpandan, bersebelahan persis dengan Rumah Dinas Bupati Kabupaten Belitung. Sekian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Belitongdjadoelhttp://www.blogger.com/profile/12290830562209634753noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6842976411475620742.post-61320254137342702912018-10-19T03:22:00.001-07:002018-10-19T05:28:37.113-07:00Menelisik lebih jauh Keris Panjang Belitung<div style="text-align: justify;">
Didalam artikel yang saya tulis hampir setahun yang lalu, yaitu tentang koleksi Keris Penyalang di Musium Tanjungpandan saya sempat menyinggung akan adanya kemungkinan Keris Made in Belitung pada masa lalu, yaitu menyitir dari kutipan Paragraf pada Ensiklopedia Keris karangan Bambang Harsrinuksmo.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu berjalan, sampai pada akhirnya dari diskusi dengan sahabat Wahyu Kurniawan, didapati informasi sejarah yang mengkonfirmasi dugaan akan pernah adanya pembuatan keris pada masa lalu di Belitung, yaitu dari Tulisan Cornelis De Groot yang merupakan salah seorang pioneer penambangan timah Biliton Maatschaapij, yang menyebutkan bahwa orang Belitung (blitongees) juga memiliki keris panjang sebagai senjata mereka, yaitu bilahnya berkisar 44cm.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrPcNAAGlWo5VCNOjN2JLOzDvvpYsymUlZAz7jP5V99XGiKBFEEQ-AqIfdDYL_i7hGillpIg17Vxnp20kxoRW0-CKcD5Q2lv7Lkxu5ZrKjdpzoOaGfwKiezmZfpDbxu0RTs2iU3LSqer1V/s1600/Screenshot_20180903-134604_1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1193" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrPcNAAGlWo5VCNOjN2JLOzDvvpYsymUlZAz7jP5V99XGiKBFEEQ-AqIfdDYL_i7hGillpIg17Vxnp20kxoRW0-CKcD5Q2lv7Lkxu5ZrKjdpzoOaGfwKiezmZfpDbxu0RTs2iU3LSqer1V/s320/Screenshot_20180903-134604_1.jpg" width="289" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Senada dengan yang diutarakan oleh Bambang Harsrinuksmo diatas, Keris Penyalang atau Keris Bangkinang karena kepopulerannya pada masa lalu, kemudian "ditiru" oleh pembuat keris di Bangka dan Belitung dengan ukuran yang lebih pendek dari keris serupa yang dibuat di Bangkinang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ukuran Panjang dan Pendek memang relatif, jika Bambang Harsrinuksmo menyebut lebih pendek, itu karena perbandingannya adalah keris penyalang (bahasan tersebut ia singgung dalam artikel keris penyalang dalam ensiklopedia-nya), yang notabene bilah keris Penyalang rata-rata adalah 50an cm, sedangkan Corn De Groot diatas mengatakan panjang oleh karena ia membandingkan dengan keris-keris Jawa yang lebih dulu dikenalnya, yang notabene memiliki bilah rata-rata 35cm (De Groot sebelum bertugas di Belitung, lama bertugas di Surabaya dan seputaran Jawa Timur)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Diatas saya memberi tanda petik pada kata "ditiru", karena kesannya adalah seperti Plagiat, ada sedikit keterangan yang dapat memberi gambaran soal ini, yaitu dari catatan John Francais Loudon, selaku kepala Tim Eksplorer perusahaan Penambangan Timah di Belitung, ia didalam diary-nya ternyata juga menyinggung sedikit soal Keris di Belitung, yaitu semasa di Belitung ia memiliki sebuah keris panjang yang diberi oleh seorang bernama Ince/Encik Umar, keris tersebut menurut Loudon adalah buatan Encik Umar sendiri, diterangkannya pula bahwa Encik Umar adalah seorang perantauan dari Lingga. Nah, Lingga disini tak lain adalah sebuah pulau yang termasuk dalam gugusan Kepulauan Riau, yang pada masa lalu pernah menjadi Ibukota Kesultanan Melayu Johor, yaitu di Daek Lingga. Jadi kembali kepada frasa meniru tadi, maka sebenarnya Keris Penyalang yang dibuat di Belitung ini adalah pada awalnya dibuat oleh perantauan dari tempat asal keris tersebut, yaitu Riau dan Kepulauan Riau, yang dianggap sebagai Homebase nya pembuatan Keris model Penyalang atau Bangkinang ini.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lantas apakah Keris Panjang Belitung yang mengadopsi model Keris Bangkinang atau Penyalang tsb memiliki kekhasan tersendiri dibanding keris-keris model serupa yang tersebar diseantero tanah melayu?</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sebelum menjawab pertanyaan diatas perlu untuk kita ketahui bahwa keris Bangkinang atau Penyalang, persebaran atau pembuatannya hampir tersebar diseluruh tanah Melayu, yaitu pesisir Sumatera, Semenanjung Malaya, Kepulauan di Selat Melaka dan pesisir utara dan Barat Kalimantan. Ada sedikit variasi soal panjang pendeknya bilah, jika bilahnya diatas 40cm ia dianggap keris Penyalang, walaupun kebanyakan Keris Penyalang apalagi yang dibuat di Bangkinang bilahnya rata-rata 50-an cm, dikatakan Penyalang adalah karena Keris tsb dipergunakan untuk aktifitas menyalang atau mengeksekusi narapidana pada masa lalu, sebagaimana yang telah saya bahas pada artikel terdahulu, selanjutnya apabila keris serupa memiliki bilah dibawah 40cm sampai minimal 30cm maka disebut keris alang atau yang lebih populer pada masa lalu disebut keris bahari, karena banyak dipakai oleh para pelaut melayu, apabila bilahnya dibawah 30cm maka disebut keris anak alang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Keris Penyalang, Alang/Bahari dan Anak Alang, pada dasarnya memiliki karakteristik bilah yang serupa, yaitu berdapur lurus atau luk satu, memiliki gandik yang polos, memakai grenengan yang khas yaitu dari bagian ganja sampai naik sedikit ke bagian sor-soran, dibagian sor-sorannya seringkali terdapat pijetan, bilahnya polos saja tanpa bagian ada-ada dan lis-lisan. Keris Penyalang kebanyakan tidak berpamor atau istilahnya kelengan saja, akan tetapi bilahnya kebanyakan tetap dibuat dengan sistem tempa lipat, bahkan ada yang tempa lipatnya sangat rapat dan banyak, atau yang disebut bilah hurap, sebagaimana keris-keris kelengan kuno di Jawa. Sandangan atau pakaian keris Penyalang kebanyakan adalah memakai warangka bahari atau sampir bahari yang bentuknya seperti bulan sabit atau kalau dijawa disebut dengan warangka Wulan Tumanggal (pertama kali sampir model wulan tumanggal ini diperkenalkan pada era Kesultanan Demak), akan tetapi banyak juga saya temui keris-keris bahari dan anak alang yang menggunakan warangka khas daerah tertentu, misalnya model Palembang, model minangkabau, atau model melayu Semenanjung.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kembali pada pertanyaan diatas? Apakah yang dibuat di Belitung khas? Sepanjang pengamatan saya 99 persen bentuk maupun ricikan bilah kerisnya adalah sama dengan keris penyalang, bahari maupun anak alang, dari sandangannya pun relatif sama, namun cenderung lebih polos dari berbagai ukiran pada hulu atau gagangnya, tidak seperti keris-keris serupa yang dibuat didaerah lain (yang cenderung memiliki ukiran-ukiran). Mungkin perbedaan yang lebih ditekankan sebagaimana yang disinggung didalam Ensiklopedia Keris adalah soal ukuran panjang bilah yang menurut Bambang Harsrinuksmo sedikit lebih pendek dibanding buatan Bangkinang, hal yang sama juga banyak berlaku diwilayah Melayu lain yang bahkan membuat keris ini dengan bilah yang lebih pendek lagi (keris Bahari dan anak alang).</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Singkat kata saya berkesimpulan Keris model penyalang yang dibuat di Belitung tidak memiliki kekhasan tertentu dibanding keris-keris sejenis yang dibuat diwilayah lain, mungkin juga timbul pertanyaan apakah keris model ini dipergunakan untuk aktivitas menyalang pada masa lalu di Belitung? Saya belum menemukan satupun catatan sejarah bahkan sekedar folklore yang menceritakan pernah dilakukannya aktifitas menyalang dengan keris model begini, didalam catatan Corn De Groot disebutkan bahwa keris panjang ini seringkali dipergunakan orang Belitung saat menghadiri acara pesta, jadi menurut hemat saya keris panjang ini lebih digunakan sebagai ageman atau kelangkapan berpakaian orang Belitung pada masa lalu (cara memakai keris panjang adalah cukup dipegang saja, belum pernah saya melihat orang melayu menyelipkan keris penyalang dipinggang atau diperut, terkecuali keris bahari atau anak alang serta keris-keris melayu pada umumnya, yang notabene berukuran "standard" keris), namun selain sebagai ageman, oleh karena pada dasarnya bilah keris ini adalah bilah senjata tajam maka tentunya keris memiliki "sisi" fungsional sebagai senjata.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
overall, apapun itu, dari pembahasan keris panjang Belitung, kita patut bersyukur bahwa ternyata Belitung dimasa lalu mengenal budaya perkerisan, yaitu hasil influence dari para perantauan melayu khususnya dari Kepulauan Riau (yang kemudian membaur menjadi penduduk Belitong), sepatutnya fakta yang terungkap ini menjadi kajian yang lebih mendalam, untuk pelestarian atau lebih tepatnya menghidupkan kembali budaya perkerisan, khususnya Keris Panjang Belitung, semoga!!!</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Salam Budaya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Berikut foto-foto keris panjang yang menjadi Koleksi TropenMuseum Belanda</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEid8wcV1dsee2JXtC-avWOSA9PwQxWssyypKE2Y1EzQ59cEyUJCdCvLbeKqV2KHT9tpqe4yiWNMdQFpsuRH33etChwC4UkBYXGd2chzT7MRUGd1NPbTzH0FQrO6gniZn4KOTRruFp46nODn/s1600/Screenshot_20180906-113049_1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="966" data-original-width="1056" height="292" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEid8wcV1dsee2JXtC-avWOSA9PwQxWssyypKE2Y1EzQ59cEyUJCdCvLbeKqV2KHT9tpqe4yiWNMdQFpsuRH33etChwC4UkBYXGd2chzT7MRUGd1NPbTzH0FQrO6gniZn4KOTRruFp46nODn/s320/Screenshot_20180906-113049_1.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyTd7MFYetWx6PUw8lR9zcH3l6EkroCqoEy4mgXaN1LyDUNlOhEu4tbt6sW0OdYK9Mxk-Kwm_d8cSeemxu8XVV_v2sIHteHUDSqTcZcFs9EFADzi5bYyd4HH86SjJNsOS4DQ6ttj3gzX56/s1600/Screenshot_20180906-113422_1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="983" data-original-width="1080" height="290" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyTd7MFYetWx6PUw8lR9zcH3l6EkroCqoEy4mgXaN1LyDUNlOhEu4tbt6sW0OdYK9Mxk-Kwm_d8cSeemxu8XVV_v2sIHteHUDSqTcZcFs9EFADzi5bYyd4HH86SjJNsOS4DQ6ttj3gzX56/s320/Screenshot_20180906-113422_1.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOCJrjMHj0tU1G4_FQDtsyxrzWW9oMqBt1W5ZpVdDhHRbbB2nW-1rXozjObvfpJ_-DWNX61xJoxWtC-4_-RcMoz8-pNPt2YLY-wMSLJ6KUAcPtc2glFNmtVOV2Ufq6TsyDQ5Fv7OEM452Y/s1600/Screenshot_20180906-113556_1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="995" data-original-width="1056" height="301" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOCJrjMHj0tU1G4_FQDtsyxrzWW9oMqBt1W5ZpVdDhHRbbB2nW-1rXozjObvfpJ_-DWNX61xJoxWtC-4_-RcMoz8-pNPt2YLY-wMSLJ6KUAcPtc2glFNmtVOV2Ufq6TsyDQ5Fv7OEM452Y/s320/Screenshot_20180906-113556_1.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Belitongdjadoelhttp://www.blogger.com/profile/12290830562209634753noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6842976411475620742.post-35820487772022546972017-11-04T07:00:00.003-07:002018-10-19T05:33:20.935-07:00Koleksi Keris Penyalang di Museum Tanjungpandan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJvx-TCCyKdrh70Fjy5ia4FVOlSaBp-5m7xz37dB588sOjThulPAZ3OtpI8MAZVmiunnKX67jlLgHCld_ij7W5ICfnVDplvPNLIU-RMzOYTtykhq0abMBQdEbcIBSs-PSfqqqp2mpzlRxy/s1600/IMG-20171026-WA0014.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJvx-TCCyKdrh70Fjy5ia4FVOlSaBp-5m7xz37dB588sOjThulPAZ3OtpI8MAZVmiunnKX67jlLgHCld_ij7W5ICfnVDplvPNLIU-RMzOYTtykhq0abMBQdEbcIBSs-PSfqqqp2mpzlRxy/s320/IMG-20171026-WA0014.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Foto dari Kiri-kanan (yang dibaringkan) ; nomor 1 dan 2 adalah jenis keris Penyalang (foto by Yanto)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Keris Penyalang adalah keris yang bilahnya berbentuk lebih ramping dan lebih panjang dari keris pada umumnya, jika keris "standard" bilahnya berukuran panjang antara 30-40cm, maka keris penyalang bilahnya berkisar lebih kurang 50cm, bahkan ada yang sampai 60cm, bilah keris penyalang pada umumnya adalah bilah dhapur keris lurus ("tanpa luk"/luk satu), sebagian penggemar keris menyebut keris penyalang ini dengan sebutan keris Bangkinang, karena pada zaman dulu keris penyalang ini banyak dibuat di daerah Bangkinang, Riau (60 Km dari Pekanbaru);</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Didalam Ensiklopedia Keris yang ditulis Bambang Harsrinuksmo, pada halaman 88, disebutkan bahwa Keris Bangkinang/Penyalang populer di era pertengahan abad 16 sampai akhir abad 19, karena kepopulerannya lalu keris ini ditiru oleh para pembuat keris di Bangka, Belitung dan Kampar, namun bentuknya sedikit lebih pendek dari yang buatan Bangkinang asli, yaitu bilahnya berkisar 42-45 cm (dari paragraf di Ensiklopedi keris ini, setidaknya menunjukkan indikasi bahwa pada masa silam terdapat pande keris di Bangka Belitung, sesuatu yang mengejutkan karena saat ini boleh dikatakan hampir tidak ada lagi jejak pande atau pun empu keris di Bangka Belitung, hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut)</div>
<div>
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Keris Penyalang adalah keris eksekusi (executioners kris), karena pada zaman dahulu keris penyalang digunakan sebagai alat eksekusi hukuman mati bagi kaum "aristokrat" yang bersalah dan dijatuhi hukuman mati, cara pengeksekusiannya adalah dengan menikamkan keris penyalang ini secara vertikal (kebawah) melalui celah tulang selangka (collar bone) sampai mengenai jantung dan perut;</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijKgD7yXVorWq3p4afIjc5fkAAUwcO1nyTgAED-LR7OS4rIqiZa4yYJVWcvEvrxBbvKH1KeB_6epjWdjXmAGfCyhg8_9fn8lIIKET_8qVYpV4kzNHPbHOpn8O3JHmAaQzVX0il-m2pKDz7/s1600/377849_323220661034519_682809548_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="773" data-original-width="500" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijKgD7yXVorWq3p4afIjc5fkAAUwcO1nyTgAED-LR7OS4rIqiZa4yYJVWcvEvrxBbvKH1KeB_6epjWdjXmAGfCyhg8_9fn8lIIKET_8qVYpV4kzNHPbHOpn8O3JHmAaQzVX0il-m2pKDz7/s320/377849_323220661034519_682809548_n.jpg" width="206" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
(Foto diambil dari internet)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kembali kepada Keris Penyalang Koleksi Museum Tanjungpandan, sayang sekali saya belum mendapat kesempatan untuk melihat bagaimana rupa bilahnya, untuk mencari tahu tipe dhapur apa dan jenis pamor apa keris penyalang tersebut, timbul pula pertanyaan darimanakah asal muasal keris Penyalang di Museum Tanjungpandan ini, bagaimanakah riwayatnya?, apakah keberadaannya di Belitung dengan status didatangkan dari Bangkinang atau buatan lokal (sebagaimana yang disinyalir dalam ensiklopedi keris diatas?), pertanyaan selanjutnya apakah keris penyalang yang ada di museum tersebut awalnya dahulu milik orang pribadi, atau milik seseorang yang karena jabatannya dalam suatu kekuasaan/kerajaan di Belitung, memiliki wewenang untuk menerapkan hukum yang berlaku kala itu, mengingat keris Penyalang ini adalah keris eksekusi, pertanyaan selanjutnya kalau betul keris penyalang ini dahulunya sebagai alat eksekusi atau dengan kata lain merupakan properti dari subjek atau lembaga kekuasaan kala itu di Belitung, lantas milik kerajaan mana keris Penyalang ini? Pernahkah ada catatan sejarahnya di Belitung pelaksanaan eksekusi seperti ini (mengingat kerisnya ada), entahlah.. dari soal keris ini saja menimbulkan banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang masih sulit dicari jawabannya dan entah sampai kapan baru dapat terungkap. Tetap semangat! Salam Budaya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />Belitongdjadoelhttp://www.blogger.com/profile/12290830562209634753noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6842976411475620742.post-4280148572686521072017-11-03T07:08:00.002-07:002018-10-19T05:35:53.117-07:00Beberapa bilah tradisional Belitung<div style="text-align: justify;">
Selain membahas mengenai berbagai senjata pusaka yang ada di Belitung, yang sarat dengan muatan sejarahnya, disini juga kita perlu untuk melihat bilah-bilah tradisional Belitung, yang dari dulu sampai saat ini masih eksis keberadaannya dan terus dibuat oleh para pande besi di Belitung;</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2kWw18yy5-G4opiRgAZ85T2QHkM8fDNFRWJVuqOxepxU5xpsSYSrmGZxLNAH56TQlyI6GBFdeIsR5V0jbsGHNodSyXtCBkiFSFxSxMfSYhUxfufy8WCfUC6gwzRUXURqt2dgw6lwReEAW/s1600/IMG_20170906_133336.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="977" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2kWw18yy5-G4opiRgAZ85T2QHkM8fDNFRWJVuqOxepxU5xpsSYSrmGZxLNAH56TQlyI6GBFdeIsR5V0jbsGHNodSyXtCBkiFSFxSxMfSYhUxfufy8WCfUC6gwzRUXURqt2dgw6lwReEAW/s320/IMG_20170906_133336.jpg" width="195" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
dari kiri-kanan : Parang Badau/Parang Belitung, Parang Penabur sedang, Parang Penabur panjang (nama penabur sendiri, jujur saja baru-baru ini saya mendengar nama tersebut dari keterangan seorang pande besi di Desa Badau, yang akrab dipanggil Pak Sam, menariknya baik itu dari segi nama maupun bentuknya memang tidak begitu berbeda dengan parang nabur Banjar seperti yang sudah saya bahas sebelumnya, adakah kesamaan ini merupakan indikasi adanya pengaruh budaya Banjar dalam perbilahan di Belitung? pertanyaan ini nampaknya tidak mudah untuk kita cari jawabannya), parang penabur biasa digunakan untuk menebas semak belukar, yaitu untuk membuka kebun, bentuknya yang cukup panjang dan ringan, membuat pekerjaan menebas belukar tidak cepat bikin capek, karena posisi tubuh tidak perlu terlalu membungkuk;</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiv7nj08_-QkUDSU7IKKbP_ZuN7Iu-xvoBInFatbsfke4MnWUofLLZwglgPYv9bmN6UlU1Ss58wRAmRiHewea0uaAoK0CccTGbZUEO1AHs0MS7jbgP2gFOK3BkivUh6mEq09Ci9w8RcEPoU/s1600/IMG_20170906_133415.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiv7nj08_-QkUDSU7IKKbP_ZuN7Iu-xvoBInFatbsfke4MnWUofLLZwglgPYv9bmN6UlU1Ss58wRAmRiHewea0uaAoK0CccTGbZUEO1AHs0MS7jbgP2gFOK3BkivUh6mEq09Ci9w8RcEPoU/s320/IMG_20170906_133415.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bilah Lading, yang sedang dalam proses penyepuhan, lading biasanya digunakan pada saat berburu, yaitu untuk menyembelih hasil hewan buruan, berupa kijang ataupun rusa yang dulu masih banyak terdapat di pulau Belitung;</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpbISYAu09j08PkVQjQZlDLuIuQrZZr0QEPYlvTJa6XukcaBfAKpk28_WaugPBPCvz-FdGic-A23rzruoUJkE9fMNA0Tll-HKeC2zzEH-wK2fqzRbc-dScW-0uUcWdunrTD3ESmJdSLuvD/s1600/IMG-20170330-WA0004.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpbISYAu09j08PkVQjQZlDLuIuQrZZr0QEPYlvTJa6XukcaBfAKpk28_WaugPBPCvz-FdGic-A23rzruoUJkE9fMNA0Tll-HKeC2zzEH-wK2fqzRbc-dScW-0uUcWdunrTD3ESmJdSLuvD/s320/IMG-20170330-WA0004.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Parang Badau, yang biasa digunakan untuk membantu pekerjaan sehari-hari dirumah atau dikebun, bentuk bilahnya yang khas, yaitu tidak terlalu panjang dan melebar dibagian ujung sehingga berat bilah tertumpu dibagian ujung bilah, hal ini akan membantu momentum tebasan, sehingga tebasan lebih bertenaga dan efektif, tanpa harus mengeluarkan tenaga lebih kuat, bilah parang badau sangat cocok dan nyaman untuk "chopping"; </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />Belitongdjadoelhttp://www.blogger.com/profile/12290830562209634753noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6842976411475620742.post-7235544034590527562017-11-03T03:52:00.000-07:002018-10-21T05:54:07.453-07:00Koleksi Siwar/Tumbuk Lado Palembang<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4PJTIEZJT-RJ8bXHMPcfpMysiFIa7SCnryw-qF5AAl-9EigQ9ZKRI3CeCP_m2dApUXQfwW3ZoIFiAeC5OhXSONv6972seTQWnr6cyW99_ayP_yedOmALaFWNw_y4Ov7_1vjIN4By2G6OP/s1600/35486521_2170698379613658_9003940126182604800_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="539" data-original-width="960" height="179" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4PJTIEZJT-RJ8bXHMPcfpMysiFIa7SCnryw-qF5AAl-9EigQ9ZKRI3CeCP_m2dApUXQfwW3ZoIFiAeC5OhXSONv6972seTQWnr6cyW99_ayP_yedOmALaFWNw_y4Ov7_1vjIN4By2G6OP/s320/35486521_2170698379613658_9003940126182604800_n.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Badik Siwar Palembang</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dua buah Badik Siwar Palembang, koleksi warisan keluarga turun temurun, oleh karena memang leluhur keluarga kami yaitu generasi kelima diatas adalah berasal dari Palembang, bernama Kemas Djinal, yang merantau ke Belitung pada awal abad 19, memperistri Nyiayu Kuni Binti Kiagus Hatam (Depati Cakraningrat ke 7), semasa hidupnya di era Depati Rahat (Depati Cakraningrat ke 8), Kemas Djinal ditunjuk sebagai Kepala Distrik/Ngabehi wilayah Sijuk, Belitung; </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sekilas perbedaan Badik Tumbuk Lada Sumatera dengan Badik Sulawesi (Bugis, Makassar dll);</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Perbedaan yang paling mencolok antara badik Sulawesi dan badik tumbuk lada/siwar adalah pada bilahnya, badik Sulawesi bilahnya pada umumnya berpamor (walaupun ada juga yg polos, pamor kelengan dalam bahasa Jawa-nya) sedangkan Tumbuk Lada/siwar pada umumnya polos (tidak dibuat dengan teknik tempa lipat);</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Badik Sulawesi dibuat dengan tehnik tempa lipat dengan berbagai unsur logam yang berbeda, sebagaimana proses pembuatan bilah keris (biasanya dicampur/dilipat antara logam biasa dengan logam bahan pamor, yang pada zaman dahulu lazim menggunakan bahan pamor meteorit) proses ini menyebabkan timbulnya guratan-guratan pola pamor yang unik pada hasil akhir bilah badik, untuk menambah kontras atau ketegasan warna pamor biasanya bilah tersebut diwarangi (direndam dalam cairan asam arsenikum) hal ini berguna selain untuk mempertegas pamor, juga untuk meracuni bilah dan sekaligus melindungi bilah dari korosi;</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Pamor pada badik Sulawesi, sebagaimana keris jawa, jenisnya bermacam ragam, namun pada dasarnya, pamor dari segi proses terbentuknya terbagi dua, yaitu pamor yang modelnya sengaja direka (Pamor rekan) dan pamor yang tidak sengaja direka (pamor tiban), pamor selain menambah keindahan pada bilah, dalam budaya perkerisan maupun budaya badik Sulawesi adalah mengandung simbolisasi makna atau harapan tertentu yang oleh sebagian orang dipercaya memiliki tuah tertentu, hal seperti ini tentunya kembali ke kepercayaan diri kita masing-masing;</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyp9NhM4IijkFP6Y1tITOtJx-WDTqEcUBRRIGsiLeoDVrfibF4xuH7K_VZRczzCbVYgrXFGhsxXnoxa-s1vvQZLbdfkzl-7qTmEWSB2hX1sQXolXclVT-UtYrZoK_SwoL8t1hHe9iduABI/s1600/IMG-20170325-WA0015.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyp9NhM4IijkFP6Y1tITOtJx-WDTqEcUBRRIGsiLeoDVrfibF4xuH7K_VZRczzCbVYgrXFGhsxXnoxa-s1vvQZLbdfkzl-7qTmEWSB2hX1sQXolXclVT-UtYrZoK_SwoL8t1hHe9iduABI/s320/IMG-20170325-WA0015.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Badik Luwu, Sulawesi yang memiliki jenis pamor Kurisi (koleksi pribadi)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Demikian sekilas tentang Badik. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />Belitongdjadoelhttp://www.blogger.com/profile/12290830562209634753noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6842976411475620742.post-33479862423211737892017-11-03T03:42:00.000-07:002018-10-19T05:41:22.099-07:00Koleksi "badik" Siwar Palembang di Museum Tanjungpandan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWNu5ndaeuCfRAV0JPW1BQRglxJdH2nKXu0FAgd6kCdNeZDDkv0jfaTw3VzHU5eN0f-hQ5jhOc4QR9xgYpPxus_xiu1p5JSRCJMsIVxQTnOfZ64rM2kdnYJCooHPIJAFczUXDNw9rxnzOA/s1600/IMG-20171031-WA0022.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWNu5ndaeuCfRAV0JPW1BQRglxJdH2nKXu0FAgd6kCdNeZDDkv0jfaTw3VzHU5eN0f-hQ5jhOc4QR9xgYpPxus_xiu1p5JSRCJMsIVxQTnOfZ64rM2kdnYJCooHPIJAFczUXDNw9rxnzOA/s320/IMG-20171031-WA0022.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEmw6E7dsWyaelCkVSgGwddHK-Fd8H4kZMFG9e9BZ1oqB4nVxEyWG8UkSqHzri8ILYI-rhycYYQtK9z3ZnjskDNLpW_P3n0LEDSgX4XGWvZuMt1vjlGKPGf3sp4muZ0mORGRdAkzOHwTVU/s1600/IMG-20171031-WA0023.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEmw6E7dsWyaelCkVSgGwddHK-Fd8H4kZMFG9e9BZ1oqB4nVxEyWG8UkSqHzri8ILYI-rhycYYQtK9z3ZnjskDNLpW_P3n0LEDSgX4XGWvZuMt1vjlGKPGf3sp4muZ0mORGRdAkzOHwTVU/s320/IMG-20171031-WA0023.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
jejeran koleksi Siwar/sewar di Museum Tanjungpandan </div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgunPlKAsA3Xgbzr895rKcM-XOS5ruCw62JgER5D00R8Dub7vSkWVMf2tGQbYpENExJyZA6jr8essDHXavMN8Cu_KMjDnHZNM_HymXT6gIoSoXY1c6mPlOJVZsfmLtb1tb1dTTQVR9jPQ3/s1600/IMG-20171031-WA0020.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgunPlKAsA3Xgbzr895rKcM-XOS5ruCw62JgER5D00R8Dub7vSkWVMf2tGQbYpENExJyZA6jr8essDHXavMN8Cu_KMjDnHZNM_HymXT6gIoSoXY1c6mPlOJVZsfmLtb1tb1dTTQVR9jPQ3/s320/IMG-20171031-WA0020.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
(khusus yang paling tengah adalah rencong) foto-foto by Yanto</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Siwar adalah senjata tikam sejenis badik yang ada di Palembang, Badik pada dasarnya adalah nama senjata khas asal Sulawesi Selatan, yaitu sangat identik dengan suku Bugis, Makassar dan sekitarnya, di Sumatera sendiri senjata penikam sejenis Badik ini lebih populer dikenal dengan sebutan Tumbuk Lada/Tumbuk Lade/Tumbuk Lado, perbedaannya dengan Siwar Palembang tidak terlalu mencolok (bahkan terkadang Siwar di palembang sendiri disebut juga Tumbuk Lado), yaitu siwar biasanya baik gagang maupun sarungnya relatif sederhana, tidak terlalu banyak ukiran, sedangkan Tumbuk Lada Melayu (Melayu Deli, Suku Karo, Melayu semenanjung Malaysia) biasanya disertai ukiran yang lebih rumit dan indah, baik pada sarung, pangkal sarung, maupun pada gagangnya, yang biasanya diukir dengan motif Flora, maupun binatang (terutama motif kepala burung pada tumbuk lada Karo dan sekitarnya)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpzfU5d1uR7HrxYRLpzEv-vOeJfFp0ej7ZsXofbJowbXjtHLpfFRq1scqu5rrngC5UiX1E3uzuzHqCNbP5VlN1YcSdX24yXpFMvPyJUI9KsFHeFNyS68QSGvcetuAH7j7ESpewalAp7zBZ/s1600/FB_IMG_1490926586153.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="540" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpzfU5d1uR7HrxYRLpzEv-vOeJfFp0ej7ZsXofbJowbXjtHLpfFRq1scqu5rrngC5UiX1E3uzuzHqCNbP5VlN1YcSdX24yXpFMvPyJUI9KsFHeFNyS68QSGvcetuAH7j7ESpewalAp7zBZ/s320/FB_IMG_1490926586153.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie9YzDEAZdCOsr0NlgW2APClh2ttaTnoME1Thtuj4IByWIMU9bjeC-wAYQjmL9MHf5oiELJME7toyS6rO83LHudsEyicwZJVu2L0rxV1w00La3Qgw8gjBaRIL83H3t4i6MDGlvActzYZfw/s1600/FB_IMG_1490926593622.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="540" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie9YzDEAZdCOsr0NlgW2APClh2ttaTnoME1Thtuj4IByWIMU9bjeC-wAYQjmL9MHf5oiELJME7toyS6rO83LHudsEyicwZJVu2L0rxV1w00La3Qgw8gjBaRIL83H3t4i6MDGlvActzYZfw/s320/FB_IMG_1490926593622.jpg" width="240" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Contoh Tumbuk Lada Karo,dengan hulu dan aksesoris sarung terbuat dari tanduk kerbau yang diukir dengan motif burung kakaktua (foto diambil dari internet, hasil kerajinan dari pengrajin tumbuk lada karo yang tersisa di Kota Kabanjahe, Sumatera Utara)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Berikut Contoh Foto-Foto Tumbuk Lada Melayu "edisi" lawas; </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQX0HlikgxsQmTVNMyx3LFTEgCmHo7gFM8fdZ2yXWK-DsnWzx6XaDOkK0KhA7LDRxzPEZodJyLN9l5X1em4sIbYdZjBw-Jvy3SWR4RK__xoYBV-S0niv-hT0CUAtX6InItCLKuhmwLD9WX/s1600/TL_a.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="476" data-original-width="640" height="238" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQX0HlikgxsQmTVNMyx3LFTEgCmHo7gFM8fdZ2yXWK-DsnWzx6XaDOkK0KhA7LDRxzPEZodJyLN9l5X1em4sIbYdZjBw-Jvy3SWR4RK__xoYBV-S0niv-hT0CUAtX6InItCLKuhmwLD9WX/s320/TL_a.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3H4KivPcfwCburhtaS6nxl7P4ipsu1HURnhkWa-FLcjRo-t7AQx6gpIyRzfr0HFqMjSGolcAf1m5U-Z02VnSDt1cHYm8iFPAtiJJLxmBI3eJ5RQdlcJB2VATSwQKywFV4Is7KAyVGlt4c/s1600/tum01a_s.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="367" data-original-width="750" height="156" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3H4KivPcfwCburhtaS6nxl7P4ipsu1HURnhkWa-FLcjRo-t7AQx6gpIyRzfr0HFqMjSGolcAf1m5U-Z02VnSDt1cHYm8iFPAtiJJLxmBI3eJ5RQdlcJB2VATSwQKywFV4Is7KAyVGlt4c/s320/tum01a_s.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsY1jBoh3wLq98ti5GGxlPrxyIuCaDTHexuF0Jg8iM43W2JisU-k2Un0c1aGs5EaFXKrV1vtglKRX9ehwTryIlr6aKqjRVLeODW4cSael73Qi8Ex1gYOiKVRfDFSFModY7HcF0yNXLOsVA/s1600/tum05a_s.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="312" data-original-width="700" height="142" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsY1jBoh3wLq98ti5GGxlPrxyIuCaDTHexuF0Jg8iM43W2JisU-k2Un0c1aGs5EaFXKrV1vtglKRX9ehwTryIlr6aKqjRVLeODW4cSael73Qi8Ex1gYOiKVRfDFSFModY7HcF0yNXLOsVA/s320/tum05a_s.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaLm1swRwRUmj5tZ2rMRjg4Bhb3CmF0D178cJ9VJr73H4_wgHO3y1KfpgkAKAT3p5f9ldcvGdbnsQC6Z9RzVgigc846N2DmIFox9eBDkKnZTZI73XgnSI6I0XqOGazurpKBTVUPfXo0n0B/s1600/tum06a_s.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="279" data-original-width="700" height="127" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaLm1swRwRUmj5tZ2rMRjg4Bhb3CmF0D178cJ9VJr73H4_wgHO3y1KfpgkAKAT3p5f9ldcvGdbnsQC6Z9RzVgigc846N2DmIFox9eBDkKnZTZI73XgnSI6I0XqOGazurpKBTVUPfXo0n0B/s320/tum06a_s.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg87SBuUQAtVLxF1v36d59GHYJXcf1R8qLodqE-O-x6WyhKlDF2hL-p_ib-vnjGFa1NjjPV5dNgO3GKmoZCI6WVv1azMfL_-_4lyX850TjrPCQCL95hWzzYGa9RhfhEa25kkiQq_6DnBNl0/s1600/1+%2528Medium%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="800" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg87SBuUQAtVLxF1v36d59GHYJXcf1R8qLodqE-O-x6WyhKlDF2hL-p_ib-vnjGFa1NjjPV5dNgO3GKmoZCI6WVv1azMfL_-_4lyX850TjrPCQCL95hWzzYGa9RhfhEa25kkiQq_6DnBNl0/s320/1+%2528Medium%2529.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbSNa22hQb9BZmVDBnvdcjsag-mrYcZ_86BpqUNZxWBCHIqG5CzTmcsZl63vi6PDMDwIJBYsUU4IESeBUNNu-XnlUJXnFEXnwmd_6rpeuHSNReT-fsPqzinbwNX055EIgRs5xICGisKyH7/s1600/TumbukLada2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="375" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbSNa22hQb9BZmVDBnvdcjsag-mrYcZ_86BpqUNZxWBCHIqG5CzTmcsZl63vi6PDMDwIJBYsUU4IESeBUNNu-XnlUJXnFEXnwmd_6rpeuHSNReT-fsPqzinbwNX055EIgRs5xICGisKyH7/s320/TumbukLada2.jpg" width="240" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
foto-foto diambil dari berbagai sumber internet</div>
<br />Belitongdjadoelhttp://www.blogger.com/profile/12290830562209634753noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6842976411475620742.post-13687835231326502552017-11-03T03:11:00.001-07:002018-10-19T05:44:14.549-07:00Koleksi Pisopodang di Museum Tanjungpandan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXmaYen82sSjDhgRUc0tluVtopWLr2nuGguOKhVosfR6q9Ve2AF8JiLNtByL9dU_po7sTGYmsY0lghuXwlHHvP58j6ratlAkcns5IWA6LFARVwW0_5x4l8_A7TxWOy5GSV9rmoVdrgSX8e/s1600/IMG-20171031-WA0016.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXmaYen82sSjDhgRUc0tluVtopWLr2nuGguOKhVosfR6q9Ve2AF8JiLNtByL9dU_po7sTGYmsY0lghuXwlHHvP58j6ratlAkcns5IWA6LFARVwW0_5x4l8_A7TxWOy5GSV9rmoVdrgSX8e/s320/IMG-20171031-WA0016.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrlFAjSzWIj7VmCLihL-xRZo6sXoj1hfowh5suooCN0ddnALga8tARQSuEHUQJ-NkUmA2gTojtzsZws7hq6HWUsi6ZRHpvIv0Gm3Qbsyrfccuao4IbYaLCMax4WWZch1nSwUHL7U-o6pHW/s1600/IMG-20171031-WA0019.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrlFAjSzWIj7VmCLihL-xRZo6sXoj1hfowh5suooCN0ddnALga8tARQSuEHUQJ-NkUmA2gTojtzsZws7hq6HWUsi6ZRHpvIv0Gm3Qbsyrfccuao4IbYaLCMax4WWZch1nSwUHL7U-o6pHW/s320/IMG-20171031-WA0019.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
foto by Yanto.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Salah satu koleksi pedang yang cukup banyak di Museum Tanjungpandan adalah pedang "pisopodang" atau kadang disebut "podang" saja, mengenai asal muasal pedang jenis ini nampaknya masih banyak simpang siur pendapat, ada pendapat yang mengatakan pedang jenis ini berasal dari Sumatera, khususnya di Sumatera bagian utara, yaitu dikenal sebagai pedangnya suku Batak (dikalangan orang Batak disebut Pisopodang), akan tetapi ada sebagian lagi pendapat yang mengatakan bahwa pedang jenis ini adalah berasal dari Kalimantan, yaitu yang banyak digunakan oleh Suku Dayak Iban (di Kalimantan, Suku Dayak Iban menyebut pedang ini dengan sebutan Podang). mengenai perbedaan pendapat ini saya dalam posisi tidak memihak salah satu pendapat, karena menurut saya kedua-dua pendapat tersebut ada benarnya, pedang jenis ini didalam sejarah, khususnya pada era abad ke 19, hampir merata digunakan berbagai suku dan kerajaan di Nusantara, terutama di Sumatera dan Kalimantan, di Sumatera sendiri pedang jenis ini tidak melulu digunakan oleh suku Batak, akan tetapi Kesultanan Melayu di Sumatera, pada masa lalu juga banyak menggunakan pedang jenis ini;</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sepanjang pengamatan saya terhadap pedang ini, maka menurut pendapat saya pribadi pedang ini adalah merupakan pedang hasil akulturasi budaya, bilahnya identik dengan bilah pedang-pedang eropa (pedang kompeni), ada yang berbentuk melengkung, ada yang lurus, sedangkan gagangnya sangat identik dipengaruhi oleh pedang Tulwar dari India, mungkin saja pada masa lalu pedang jenis ini adalah pedang yang paling massal diperdagangkan oleh orang-orang Eropa dibanyak wilayah di Nusantara.</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie1tKNR1xv7srm1IBa0R2SQiP4sT7VZzXKllMlRggLoZrCGHARsAtb53bt9LVnHtMR9nFbU0cdzSogAO3BJh-m5xX2HQ4Lw6RYT9xTyGIJPjPXjCxxBSbc4eR6tSjO6BDZuQmN3NddzuDg/s1600/ph-0.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="427" data-original-width="640" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie1tKNR1xv7srm1IBa0R2SQiP4sT7VZzXKllMlRggLoZrCGHARsAtb53bt9LVnHtMR9nFbU0cdzSogAO3BJh-m5xX2HQ4Lw6RYT9xTyGIJPjPXjCxxBSbc4eR6tSjO6BDZuQmN3NddzuDg/s320/ph-0.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Tulwar Sword (foto dari internet)</div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Saya pribadi pernah menemukan pedang ini dari seorang penduduk di Tanjungpandan yang mengaku pedang tersebut adalah peninggalan warisan keluarganya, bilahnya ramping, lurus, lentur dan ringan, serta ada sisi cekung pada badan bilahnya (untuk mengurangi bobot pedang), persis seperti pedang eropa lawas koleksi saya, pada pangkal bilah "podang" yang saya temukan tersebut tertulis merk "warmweca", sebuah nama yang terdengar sangat eropa, berikut foto-fotonya</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEha0MZXLqE7Yxa7Ok2PXx3GlvQnjxOO9PqWyGBt8A3clJ8qBTI4z1-lhaRsCEKEY-y95YCEyp2P4X1G1brElVZ_HXn38weDFnpz8nNy0Dvdao5Tbp9J6YE-qLyn4UkLgxHySt7CVwrpSZnW/s1600/16425616_1572762692740566_1365102624_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEha0MZXLqE7Yxa7Ok2PXx3GlvQnjxOO9PqWyGBt8A3clJ8qBTI4z1-lhaRsCEKEY-y95YCEyp2P4X1G1brElVZ_HXn38weDFnpz8nNy0Dvdao5Tbp9J6YE-qLyn4UkLgxHySt7CVwrpSZnW/s320/16425616_1572762692740566_1365102624_n.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5W6cz7gp7MqIjFH2iElvPKdc50zzqdIlm2-cHdo-bcBRwBu_N1cRddlQrvavZb2CGDYcUGayDwx3K3LruYPDwjFHzEy6_5yerZoOYpTzFgQUxq4-oNWpYeJbmNpo8jXPgMgT0NU9mHD-f/s1600/16426410_1572765626073606_2033546066_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5W6cz7gp7MqIjFH2iElvPKdc50zzqdIlm2-cHdo-bcBRwBu_N1cRddlQrvavZb2CGDYcUGayDwx3K3LruYPDwjFHzEy6_5yerZoOYpTzFgQUxq4-oNWpYeJbmNpo8jXPgMgT0NU9mHD-f/s320/16426410_1572765626073606_2033546066_n.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxz6qM-YpPMQYKil1Eab-S4fzf9vDdhpB7ogLu45h2M2JYvD-fssRBzWpMaaRX69OK4HDMmzyEmJrKtqcPfY0sRedScBjTJTQc6qM0yBLNkz5JotoBw7CLhjhCxQsYZSCoarrOBT1-nCPT/s1600/16467344_1572762696073899_1893482614_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="480" data-original-width="360" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxz6qM-YpPMQYKil1Eab-S4fzf9vDdhpB7ogLu45h2M2JYvD-fssRBzWpMaaRX69OK4HDMmzyEmJrKtqcPfY0sRedScBjTJTQc6qM0yBLNkz5JotoBw7CLhjhCxQsYZSCoarrOBT1-nCPT/s320/16467344_1572762696073899_1893482614_n.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUh4bpu-vC-z9LJP6ZCRi0pZdyV09GblDSVnJAGzAzbhKsUncp9FGm6-5X4hhFJTDBUaGl8jm5sX9ZL6KyNDH0eTWaq5WnW8UPqMBt2VALu2tjBAgBiiO_d2rIiNLMgMSdX6h62Bra-9uM/s1600/IMG-20170129-WA0011.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="960" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUh4bpu-vC-z9LJP6ZCRi0pZdyV09GblDSVnJAGzAzbhKsUncp9FGm6-5X4hhFJTDBUaGl8jm5sX9ZL6KyNDH0eTWaq5WnW8UPqMBt2VALu2tjBAgBiiO_d2rIiNLMgMSdX6h62Bra-9uM/s320/IMG-20170129-WA0011.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Bukti lain yang mendukung asumsi saya diatas adalah bahwa bilah-bilah pedang "pisopodang" ini sebagian malah ada yang diproduksi di eropa langsung (jadi dengan status "import" di Hindia Belanda kala itu), yaitu diproduksi di daerah Solingen, Jerman. hal yang tidak mengherankan dikarenakan Solingen, Jerman dari dulu sampai sekarang merupakan wilayah industri yang terkenal memproduksi alat-alat atau pekakas benda tajam yang berkualitas tinggi, contoh produk terkenal dari Solingen yang melegenda sampai sekarang adalah pisau merk Carl Schlieper atau eye Brand, di Indonesia dikenal dengan "cap mata", selain itu ada merk "herder" yang di negeri kita dikenal dengan "cap garpu";</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Berikut sumber informasi mengenai bilah pisau podang produksi Solingen Germany<br />
<a href="http://www.pisopodang.com/update1607">http://www.pisopodang.com/update1607</a><br />
<br />
Demikian sekilas ulasan mengenai "podang" atau "pisopodang"Belitongdjadoelhttp://www.blogger.com/profile/12290830562209634753noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6842976411475620742.post-47826771338121818002017-11-03T02:29:00.004-07:002018-10-19T05:46:28.121-07:00Koleksi Pedang Palembang di Museum Tanjungpandan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX5aBnUt_mdiASf3BQYWGM6fNOXdimMTM4I3Wt6YTAwDFrTyNCPL2EaXg35NC5V5G83TKPSQxOs9gqtEB0EMBxp1be6Thi0kyfgGR95np6BpR9TmAFdIwWM944WeHyoOzsRFoGjKAzJjB7/s1600/IMG-20171028-WA0006.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX5aBnUt_mdiASf3BQYWGM6fNOXdimMTM4I3Wt6YTAwDFrTyNCPL2EaXg35NC5V5G83TKPSQxOs9gqtEB0EMBxp1be6Thi0kyfgGR95np6BpR9TmAFdIwWM944WeHyoOzsRFoGjKAzJjB7/s320/IMG-20171028-WA0006.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
jejeran pedang sabet Palembang, dengan hulu gagang berupa ukiran yang khas, ada sebagian pendapat yang mengatakan ukiran tersebut adalah ukiran dari kepala monster laut yang disebut MAKARA, mahluk mitologi yang dipercayai oleh masyarakat Palembang pada zaman dahulu;</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji_wX1T3oCJyzzZaP0Iq0pPthbz7Zkp8Kbs_nMdREUCCTx8-LNARmlLB2pnwjb-dwUG9J9rydBwxcyfDa4yTJFYnZoBBa4rOXAxYEJLfxAtoLT-3aTEjErmTZNEfKJi5u5bNLOroUO0yxl/s1600/IMG-20171031-WA0013.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEji_wX1T3oCJyzzZaP0Iq0pPthbz7Zkp8Kbs_nMdREUCCTx8-LNARmlLB2pnwjb-dwUG9J9rydBwxcyfDa4yTJFYnZoBBa4rOXAxYEJLfxAtoLT-3aTEjErmTZNEfKJi5u5bNLOroUO0yxl/s320/IMG-20171031-WA0013.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLAOmbdyptX_SvWCdxiNlhtaT4L0UmvKAIXfECiPBLkaAbRenI0Dtvz_n7l-aL6nnThNaGlGvll-TnthOsZu_IyOOW5j8BGvvc34rUbCqlymRppQF_TbPX0WItIyoUCvbH9kjtrI8Knb35/s1600/IMG-20171031-WA0015.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLAOmbdyptX_SvWCdxiNlhtaT4L0UmvKAIXfECiPBLkaAbRenI0Dtvz_n7l-aL6nnThNaGlGvll-TnthOsZu_IyOOW5j8BGvvc34rUbCqlymRppQF_TbPX0WItIyoUCvbH9kjtrI8Knb35/s320/IMG-20171031-WA0015.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
jejeran pedang sabet Palembang (kecuali kedua dari bawah, yaitu merupakan Kampilan Bolo)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Pedang-pedang Palembang diatas, diperkirakan berasal dari abad 18 dan 19 Masehi;</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Boleh dikatakan koleksi pedang yang paling banyak di Museum Tanjungpandan adalah Pedang sabet Palembang, hal yang tidak mengherankan dikarenakan pada masa lalu ada hubungan politik yang erat antara kesultanan Palembang Darussalam dengan Pulau Belitung, yaitu Pulau Belitung termasuk wilayah taklukan dari Kesultanan Palembang Darussalam, Pemerintahan Depati Cakradiningrat di Belitung bisa dikatakan adalah kekuasaan bawahan/tundukan dari Kesultanan Palembang Darussalam, gelar keluarga Dinasti Depati Cakradiningrat Belitung menggunakan gelar Kiagus untuk laki-laki dan Nyiayu untuk perempuan, gelar yang sama juga terdapat dikalangan bangsawan Kesultanan Palembang Darussalam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengenai sejauh mana dan bagaimana pola hubungan antara Belitung dan Palembang pada masa itu, belum banyak diungkap dengan penelitian yang bersifat ilmiah, sumber-sumber informasi yang digunakan sebagian besar adalah sumber internal catatan keluarga trah Depati Cakradiningrat Belitung, sedangkan sumber-sumber sejarah dari catatan Belanda, lebih banyak mengungkap perihal sejarah awal eksplorasi maupun ekspolitasi Timah di Pulau Belitung, terutama pada medio abad ke 19, alangkah baiknya jika kedepannya pengungkapan sejarah Depati Cakradiningrat Belitung ini dapat dikonfirmasikan dengan sumber-sumber catatan "eksternal" dari sejarah Kesultanan Palembang Darussalam, maupun dari sumber-sumber lain semisal catatan sejarah di Jawa, khususnya Sejarah Kesultanan Mataram maupun Demak, dikarenakan Kesultanan Palembang Darussalam awalnya terkait erat dengan Kesultanan Mataram dan Demak. Sehingga jika dilakukan penelitian yang demikian diharapkan sejarah Belitung pada masa lalu, khususnya sejarah Dinasti Depati Cakradiningrat Belitung dapat menjadi lebih terang dan lebih bermuatan Ilmiah dari sudut Ilmu Kesejarahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
foto-foto by YantoBelitongdjadoelhttp://www.blogger.com/profile/12290830562209634753noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6842976411475620742.post-38074306091283897592017-11-03T00:54:00.003-07:002018-10-19T06:00:03.532-07:00Koleksi Pedang Kampilan di Museum Tanjungpandan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpKHKZlpeA4LVPOO8-Lh5A1AXevRQ_XvY1G1dp4TOqJpQ0Awu81IANZfN9VpEB0zEGJkMlGhMj-D6SOpbfpvS76OP6I8IZoZWFfPULcXP_oR-d2ZrR4M8WG_Mm6vvNgXCCnhgxrUNHjwi5/s1600/IMG_20171029_094434.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpKHKZlpeA4LVPOO8-Lh5A1AXevRQ_XvY1G1dp4TOqJpQ0Awu81IANZfN9VpEB0zEGJkMlGhMj-D6SOpbfpvS76OP6I8IZoZWFfPULcXP_oR-d2ZrR4M8WG_Mm6vvNgXCCnhgxrUNHjwi5/s320/IMG_20171029_094434.jpg" width="320" /></a></div>
Koleksi Kampilan di Museum Tanjungpandan (Bilah paling atas)<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sebagaimana tulisan saya sebelumnya mengenai Koleksi Sundang di Musium Tanjungpandan, <a href="https://belitongdjadoel.blogspot.co.id/2017/11/koleksi-sundang-di-museum-tanjungpandan.html">https://belitongdjadoel.blogspot.co.id/2017/11/koleksi-sundang-di-museum-tanjungpandan.html</a> , Kampilan adalah juga merupakan salah satu senjata bilah panjang khas suku bangsa Moro di Filipina Selatan <span style="background-color: white; font-family: "roboto" , sans-serif; font-size: 15px;">berikut sub sukunya (Maguindanao, maranao, Illanun/Iranun, Tausug (sulu) dll).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; font-family: "roboto" , sans-serif; font-size: 15px;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLgh0uKEBqx-jtf7xINfqjumH4SjHAoVbbw6umbxkkxEFiUTky-PjpXDidsrrlJeNEIrwkXSR3wXZWfF_nBNxrKT4XXKEAlFHVXs0pTk0fPRYhWQJXgCEABlycYFPTBlV_7fIfSLMrLYjT/s1600/Kampilan_moro_parts_components.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="521" data-original-width="800" height="208" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLgh0uKEBqx-jtf7xINfqjumH4SjHAoVbbw6umbxkkxEFiUTky-PjpXDidsrrlJeNEIrwkXSR3wXZWfF_nBNxrKT4XXKEAlFHVXs0pTk0fPRYhWQJXgCEABlycYFPTBlV_7fIfSLMrLYjT/s320/Kampilan_moro_parts_components.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="background-color: white; font-family: "roboto" , sans-serif; font-size: 15px;"><br /></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Bilah kampilan berbentuk ramping dan panjang, dengan bilah tajam pada salah satu sisi bilah, bentuk ujung bilah yang agak membesar, berguna untuk menambah momentum tebasan sehingga tebasan menjadi lebih efektif/bertenaga saat digunakan dalam pertempuran, gagang kampilan terbuat dari kayu keras yang dililit tali rotan, memiliki handguard yang disebut sampok, dan ujung gagang yang umumnya berbentuk ukiran seperti mulut buaya yang sedang menganga, akan tetapi ada pula yg berbentuk ukiran lain, seperti koleksi Museum Tanjungpandan</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifyl9kE8i39QQ8bLTSkA4CBXUVBvaKHXcahlAgc473EPm0m6d8u04oP3hUsHhUjMyurAeWnSwnBFdN_4xAfV9xaQdTrga5bu-Gfg-PsyV65HWiORdkmAhRuNAZAAboQ1OQbM5SMCDSm9dc/s1600/IMG-20171031-WA0013.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifyl9kE8i39QQ8bLTSkA4CBXUVBvaKHXcahlAgc473EPm0m6d8u04oP3hUsHhUjMyurAeWnSwnBFdN_4xAfV9xaQdTrga5bu-Gfg-PsyV65HWiORdkmAhRuNAZAAboQ1OQbM5SMCDSm9dc/s320/IMG-20171031-WA0013.jpg" width="320" /></a></div>
foto bagian gagang Kampilan koleksi Museum Tanjungpandan (bilah paling atas) foto by Yanto<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzXhtFxJelIopVjgizvVBhRmCeqQHAq-vzZyCERRCo_45L-hxf_ZU1PL_1e_CplxZXKJIP8JG8P-3Q_CYNtmJxQ-BWiJ9gIuaiIgUPKP95wCng6EBR6Go3ea6bCfn_3DdpWDcdItxgwbev/s1600/2bbe8e0e2b9a8a899ef1cf81ea0feaf3--philippines-colonial.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1040" data-original-width="538" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzXhtFxJelIopVjgizvVBhRmCeqQHAq-vzZyCERRCo_45L-hxf_ZU1PL_1e_CplxZXKJIP8JG8P-3Q_CYNtmJxQ-BWiJ9gIuaiIgUPKP95wCng6EBR6Go3ea6bCfn_3DdpWDcdItxgwbev/s320/2bbe8e0e2b9a8a899ef1cf81ea0feaf3--philippines-colonial.jpg" width="165" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
varian model Kampilan, foto dari internet</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kampilan memiliki berbagai varian, namun secara umum bentuk Kampilan adalah khas pada bilahnya yang ramping dan panjang (kurang lebih 1 meter) dan biasanya dibagian ujung ada sedikit "cuil" walaupun ada juga yang tidak, pada umumnya Kampilan memiliki handguard "sampok", akan tetapi ada jenis Kampilan yang tidak memiliki Sampok, yaitu bagian gagangnya cukup berbeda dengan kampilan pada umumnya, yang ini disebut varian <b>Kampilan Bolo, </b>museum Tanjungpandan juga memiliki koleksi Kampilan Bolo tersebut</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwVje7yCcDlK-VxfZUXsaNUmoJJ34EYY-6-pwsGrB7CjY7W86V3bQg8D5SwSjmeXmprAM8xiSdAGTHOxuII2WiEvI3qxwXohEL04V4T14XnlI11XjLz2VsgTqQNgWfpnJ-A0ffdk6TJHoX/s1600/IMG-20171031-WA0015.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwVje7yCcDlK-VxfZUXsaNUmoJJ34EYY-6-pwsGrB7CjY7W86V3bQg8D5SwSjmeXmprAM8xiSdAGTHOxuII2WiEvI3qxwXohEL04V4T14XnlI11XjLz2VsgTqQNgWfpnJ-A0ffdk6TJHoX/s320/IMG-20171031-WA0015.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Koleksi Kampilan Bolo di Museum Tanjungpandan (foto kedua dari atas), bilah-bilah Kampilan di Museum Tanjungpandan sudah tidak memiliki sarung. (foto by Yanto)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sama seperti pertanyaan yang timbul ketika membahas mengenai Sundang, mengingat senjata kampilan juga merupakan senjata khas Suku Bangsa di Filipina Selatan, khususnya Suku Iranun/Illanun/Lanun, bahkan kampilan dianggap merupakan senjata utama orang Iranun didalam pertempuran, maka perlu untuk ditelusuri dengan lebih mendalam, bagaimana riwayat Kampilan yang ada di Museum Tanjungpandan tersebut? siapa dahulu yang menyerahkan kalau seumpamanya itu diserahkan/dihibahkan oleh seseorang? Bagaimana riwayat sejarah Suku Iranun di Pulau Belitung? dari pembahasan mengenai bilah-bilah senjata ini, semoga menjadi trigger atau pemicu untuk dilakukannya penelitian sejarah yang lebih mendalam mengenai sejarah bangsa Iranun di Nusantara, terkhusus lagi di Belitung, semoga!</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Kampilan">https://en.wikipedia.org/wiki/Kampilan</a></div>
Belitongdjadoelhttp://www.blogger.com/profile/12290830562209634753noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6842976411475620742.post-23291936977263182602017-11-03T00:13:00.008-07:002021-01-23T01:39:04.136-08:00Koleksi Parang Nabur di Museum Tanjungpandan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMnZR0fNpcPYqlELXqa5Wpurw7nazMK73R204RCJn8p4y27TfVo8yh41s7LQTpz4zHuywSdYvwh_k-Dayvs4AvcRDKJA3bbQt9jlkL6Ph-bdBGUMX8bFdzM6z8nLw53UNIG8HoK0OSCwxA/s1600/IMG_20171029_094501.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMnZR0fNpcPYqlELXqa5Wpurw7nazMK73R204RCJn8p4y27TfVo8yh41s7LQTpz4zHuywSdYvwh_k-Dayvs4AvcRDKJA3bbQt9jlkL6Ph-bdBGUMX8bFdzM6z8nLw53UNIG8HoK0OSCwxA/s320/IMG_20171029_094501.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="text-align: start;">Salah satu koleksi Parang Nabur di Museum Tanjungpandan (Foto Kedua dari bawah)</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="text-align: start;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXH1nvkLHpgz2RTS_VztCl19WVIXIBt3qim9Gur7wBLudA8Gaw7twuInRxWqPBjrZ9O8fmPPxN77X3CvXArKRXZKqf0QAch1NYjt6NAAnjgbH608ftKgA7RyxugbcrTMX8oQkWkkK_wx7N/s1600/DSC_0068.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="900" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXH1nvkLHpgz2RTS_VztCl19WVIXIBt3qim9Gur7wBLudA8Gaw7twuInRxWqPBjrZ9O8fmPPxN77X3CvXArKRXZKqf0QAch1NYjt6NAAnjgbH608ftKgA7RyxugbcrTMX8oQkWkkK_wx7N/s320/DSC_0068.JPG" width="180" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Parang Nabur atau Pedang Nabur adalah sejenis pedang berbentuk melengkung asal daerah Banjar Kalimantan Selatan, banyak dibuat dan digunakan pada awal abad ke-19 oleh Kesultanan Banjarmasin, bentuknya sendiri menunjukkan adanya akulturasi budaya, pada bagian gagang dipengaruhi model pedang eropa/belanda (ada sebagian pendapat yang mengatakan parang nabur awalnya adalah terinspirasi dari bentuk pedang angkatan laut Hindia Belanda, akan tetapi parang nabur dibuat dengan ukuran bilah yang lebih pendek, berkisar antara 60-75 cm, menyesuaikan dengan postur orang pribumi pada umumnya), bentuk bilahnya sendiri yang melengkung mengingatkan kita akan pedang-pedang dalam peradaban Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada zamannya parang nabur tidak diberikan kepada sebarang prajurit di Kesultanan Banjarmasin, akan tetapi biasanya diberikan kepada setidaknya prajurit level menengah dan atas, sehingga produksi parang nabur cukup terbatas dan keberadaannya menjadi langka pada saat ini, parang nabur sendiri memiliki banyak varian bilah, seperti nabur lais, pandan lirih, pacat gantung dll, akan tetapi yang paling banyak keberadaannya adalah varian nabur lais, gagang parang nabur umumnya terbuat dari tanduk kerbau dan/atau kayu, yang biasanya diukir, ditambah dengan handguard terbuat dari logam, sejenis tembaga atau kuningan, namun ada juga gagang parang nabur yang terbuat dari logam utuh seperti koleksi pribadi saya, menurut beberapa kolektor kawakan, gagang utuh dari logam ini termasuk sangat langka.</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Parang Nabur koleksi pribadi yang saya dapatkan dari seorang kolektor di Jawa Tengah, parang nabur ini adalah varian pacat gantung (Pacat artinya lintah dalam bahasa banjar), varian ini lebih sedikit populasinya dibanding varian nabur lais, handle-nya dari logam utuh, bahan tembaga atau mungkin juga kuningan, dengan aksesoris sarung ukiran perak. termasuk dalam kondisi bagus untuk pedang berusia kurang lebih 200 tahun;</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali ke koleksi Pedang Nabur di Museum Tanjungpandan, saya mendapati ada beberapa buah koleksi pedang nabur, akan tetapi sayangnya saya tidak dapat mengamati bilahnya karena bilah tidak dikeluarkan dari sarungnya. Pada akhirnya mengingat pedang ini adalah khas peninggalan Kesultanan Banjarmasin, menimbulkan pertanyaan, bagaimana ceritanya akan keberadaan sekian banyak parang nabur Banjar ini di Pulau Belitung? apakah pada zaman dahulu, di era tersebut ada suatu hubungan dagang yang intens antara Pulau Belitung dan Banjar? Bahkan ada hubungan politik? atau sekedar banyaknya perantau asal Banjar pada masa itu yang merantau dan kemudian menetap di Belitung, entahlah.. pertanyaan-pertanyaan tersebut masih perlu untuk mendapat penelitian dengan lebih mendalam oleh pihak yang berkompeten dalam soal sejarah..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Parang_Nabur">https://id.wikipedia.org/wiki/Parang_Nabur</a><br />
<br />
<br />Belitongdjadoelhttp://www.blogger.com/profile/12290830562209634753noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6842976411475620742.post-26929503365113733222017-11-02T20:56:00.001-07:002018-10-19T06:19:01.672-07:00Koleksi Sundang di Museum Tanjungpandan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs13eqNh1aLPvzLWSIr8PEBepR6v3UP4H9XEFWagHzKHoIghQUChwQqFC9dIFIgKYQmQ7L1vRv449xm8-cqSAkGNzq_W75qXSYmxvywCvw0MYILbVrWAU-InFPPdGgsCd_2X73QMLgq4DH/s1600/IMG-20171026-WA0013.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs13eqNh1aLPvzLWSIr8PEBepR6v3UP4H9XEFWagHzKHoIghQUChwQqFC9dIFIgKYQmQ7L1vRv449xm8-cqSAkGNzq_W75qXSYmxvywCvw0MYILbVrWAU-InFPPdGgsCd_2X73QMLgq4DH/s320/IMG-20171026-WA0013.jpg" width="320" /></a></div>
Foto Kedua dari kiri (yang dibaringkan) adalah koleksi Sundang di Museum Tanjungpandan (foto by Yanto).<br />
<br />
Foto-foto lainnya dari Koleksi Sundang di Museum Tanjungpandan (foto by Viqie)<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVxyY2FMKR44BtWi2ONkB2rUZGDnt_9Vxh7Xj8Sb1lP7aG5VOujQbZZToY3uIuiB_EtPYFuguVBz7xg7upPmFYaXlJC6-cV01N6lo6lgCisAuYKIeSbuRmSJerEjO4OalYOTgFevgFtgwj/s1600/IMG-20181011-WA0012.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="1280" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVxyY2FMKR44BtWi2ONkB2rUZGDnt_9Vxh7Xj8Sb1lP7aG5VOujQbZZToY3uIuiB_EtPYFuguVBz7xg7upPmFYaXlJC6-cV01N6lo6lgCisAuYKIeSbuRmSJerEjO4OalYOTgFevgFtgwj/s320/IMG-20181011-WA0012.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilnb9fDGbIoiVOUDcs2UJcGc7e1dTU672kdWBiU6k5a-2GIuIzbGMLk3vBaiz6mBA4lFovHzmX030KejK0b0sU_bT8wtmeA8n-_2MOJPUPQXXSKIiGe1cET5QCZIljqZriNpaOZTd7xzkD/s1600/IMG-20181011-WA0009.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1032" data-original-width="581" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilnb9fDGbIoiVOUDcs2UJcGc7e1dTU672kdWBiU6k5a-2GIuIzbGMLk3vBaiz6mBA4lFovHzmX030KejK0b0sU_bT8wtmeA8n-_2MOJPUPQXXSKIiGe1cET5QCZIljqZriNpaOZTd7xzkD/s320/IMG-20181011-WA0009.jpg" width="180" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1PQgMz2KARRX_ubQuzLz07Yu3OETQjp_9FfaJ-Dgkn-ZaPxeYiVbh6R2b-lZDzwgr2p-WMaVwCIGWiTCw1qRZKaquycOR53VbHF5xg6E-ktfvxPxWNSj4iyCGFTNypbPV9Ov_5x6PNzvm/s1600/IMG-20181011-WA0013.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="960" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1PQgMz2KARRX_ubQuzLz07Yu3OETQjp_9FfaJ-Dgkn-ZaPxeYiVbh6R2b-lZDzwgr2p-WMaVwCIGWiTCw1qRZKaquycOR53VbHF5xg6E-ktfvxPxWNSj4iyCGFTNypbPV9Ov_5x6PNzvm/s320/IMG-20181011-WA0013.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sundang, yang pada bangsa Moro disebut juga Kalis, adalah senjata sejenis keris yang berasal dari Filipina Selatan, yaitu suku bangsa Moro berikut sub sukunya (Maguindanao, maranao, Illanun/Iranun, Tausug (sulu) dll), dalam perjalanannya kemudian Sundang cukup tersebar penggunaannya di Suku Bangsa Melayu, baik itu Melayu di semenanjung Malaya, Sumatera, maupun Kalimantan (Di Sabah, kalimantan bagian utara, banyak suku Iranun yg telah berdiam berabad-abad, walaupun asal nenek moyang mereka dari Kepulauan di Filipina Selatan)</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiP-99mYpM_ERu9PKsAyZkFzUvqZL3A46gvWJlwrGB1ctPGA_lskm_BE-WX1y2CAXBoCT8GcO7sWuHG-eJ39QLp-tpCr7EYwC_A2QRGBKkDoPJ_T6pO2Stvz57nxi45pCKXcWmupcyk26NS/s1600/Kris_nomenclature.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="844" data-original-width="1600" height="168" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiP-99mYpM_ERu9PKsAyZkFzUvqZL3A46gvWJlwrGB1ctPGA_lskm_BE-WX1y2CAXBoCT8GcO7sWuHG-eJ39QLp-tpCr7EYwC_A2QRGBKkDoPJ_T6pO2Stvz57nxi45pCKXcWmupcyk26NS/s320/Kris_nomenclature.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
secara fisik Sundang berukuran jauh lebih besar dari keris pada umumnya, bilahnya lebar, tajam kedua sisi sebagaimana keris, panjang bilahnya biasanya diatas 50cm, memiliki ganja/gonjo (dalam istilah tausug disebut katik) sebagaimana keris, akan tetapi sundang biasanya memiliki semacam pengikat antara gonjo dan bilahnya yang disebut asang-asang, sundang sebagaimana juga keris ada yang dibuat lurus, ada yg dibuat berluk-luk (yang jumlahnya selalu ganjil), penggunaan Sundang adalah sebagaimana pedang, tidak seperti keris yang lebih ramping dan lancip yang penggunaannya adalah sebagai penikam (dagger), selain itu perbedaan lainnya dengan keris pada umumnya adalah bilah sundang sebagaimana bilah-bilah senjata lainnya asal Filipina Selatan, bilahnya tidak disepuh/dituakan sehingga bilah terlihat muda warnanya (lebih cerah), jarang pula menunjukkan pola-pola lipatan pamor yang umumnya ada pada keris, namun secara umum dengan segala perbedaannya tersebut Sundang masih dianggap sebagai keluarga keris;</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Khusus untuk di pulau Belitung, setahu saya Sundang sangat langka keberadaannya, di Museum Tanjungpandan hanya terdapat dua, dengan kondisi sudah tidak bersarung, hal ini perlu ditelusuri darimana dulu Museum Tanjungpandan memperoleh koleksi Sundang tersebut, kalau merupakan pemberian atau hibah dari seseorang, siapa orangnya, masih adakah dokumen terkait penyerahan tersebut? hal ini penting untuk mengetahui jejak sejarah bangsa Iranun di Pulau Belitung, karena Sundang adalah penanda jejak keberadaan mereka di masa lampau di Belitung, di Tanjungpandan sendiri setahu saya ada komunitas yang mengaku masih keturunan dari bangsa Iranun, akan tetapi setahu saya tidak ada diantara mereka yang masih menyimpan sundang sebagai pusaka warisan keluarga, saya sendiri pernah menemukan sebuah Sundang yang disimpan oleh seorang Kolektor di Tanjungpandan, saya sempat bertanya mengenai asal muasal Sundang yang ada padanya, apakah dari warisan keluarga turun temurun? ternyata ia mengatakan Sundang tersebut diperolehnya dari saudaranya yang mendapatkannya sewaktu merantau di Kalimantan Barat;</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJPq_CHUuVJrDF3SZDG5MWTxP-fjUDp6I9twCCQfzXxeKWIKsveh0-OpX1NkaygRH2o0hYq2ijb-oPOrv42aw_wcs6lZlUG-jj4hyAx7reBqJqM_WASrXQxuARGSR4sPHcD0kAh-i1H5sk/s1600/IMG-20170525-WA0015.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1040" data-original-width="780" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJPq_CHUuVJrDF3SZDG5MWTxP-fjUDp6I9twCCQfzXxeKWIKsveh0-OpX1NkaygRH2o0hYq2ijb-oPOrv42aw_wcs6lZlUG-jj4hyAx7reBqJqM_WASrXQxuARGSR4sPHcD0kAh-i1H5sk/s320/IMG-20170525-WA0015.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
(Foto bersama sebilah Sundang, milik seorang kolektor di Tanjungpandan, Sundang tsb menurut pengakuannya diperoleh dari Saudaranya yang mendapatkan Sundang tsb di Kalimantan Barat)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita turun temurun yang berkembang di masyarakat Belitung tentang Suku Iranun alias Lanun adalah sangat populer, beberapa waktu yang lalu bahkan ada beberapa orang suku Iranun dari Sabah Malaysia, yang datang berkunjung ke Belitung, hendak mencari jejak keluarga keturunan Iranun yang ada di Pulau Belitung, sempat diadakan semacam seminar kecil di Hotel Grand Hatika Tanjungpandan dengan dihadiri komunitas yang mengaku masih keturunan Suku Iranun, bahkan Bupati Belitung saat ini, yaitu Bapak Sahani Saleh mengaku bahwa beliau sendiri keturunan Suku Iranun, akan tetapi sebagaimana yang telah saya singgung diatas, tidak ada lagi anak keturunan suku Iranun di Belitung yang masih menyimpan benda pusaka baik itu senjata ataupun lainnya yang merupakan benda khas Suku Iranun, tarohlah seperti Sundang, Kampilan, Barong, Panabas dll sebagainya;</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jejak Sejarah Suku Iranun di Belitung ini, perlu untuk mendapat penelitian lebih lanjut, bagaimana kisahnya sampai mereka yang berasal dari wilayah yang jauh tersebut pada jaman dahulu dapat tersebar sampai ke Kepulauan Bangka-Belitung? sepanjang bacaan Sejarah yang pernah saya baca, di akhir abad 18 yaitu di masa Kesultanan Johor dibawah Sultan Mahmud Syah III, saat itu beliau pernah meminta pertolongan kepada Raja di Tempasuk, Sabah. (Kerajaan dari Suku Iranun) untuk membantu menghalau pasukan Belanda yang telah menduduki Tanjungpinang, kemudian datanglah pasukan besar suku Iranun membantu Kesultanan Johor tersebut dan atas bantuan pasukan Iranun dari Tempasuk ini, Belanda berhasil diusir dari Tanjungpinang, setelah itu Sultan Mahmud Syah III memindahkan kekuasaannya ke Daek Lingga, sebagian pasukan Tempasuk tersebut ada yang tidak kembali ke kampung halamannya, akan tetapi terus berdiam Lingga, mengabdi kepada Kesultanan Johor, mereka menikah dengan penduduk setempat dan terjadi asimilasi dengan budaya Melayu setempat. Kembali ke Pulau Belitung, dari komunikasi saya dengan beberapa orang yang mengaku masih keturunan bangsa Iranun tersebut, mereka mengatakan dari cerita turun temurun keluarga bahwa nenek moyang mereka adalah berasal dari Daek Lingga, lantas apakah puak keturunan Iranun di Belitung ini adalah cucu cicit dari pasukan Tempasuk dahulu?? menarik untuk diteliti lebih lanjut;</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<a href="https://ms.wikipedia.org/wiki/Sultan_Mahmud_Shah_III">https://ms.wikipedia.org/wiki/Sultan_Mahmud_Shah_III</a><br />
<a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Johor">https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Johor</a><br />
<a href="http://www.pulaulingga.com/kampil-dan-jejak-bangsa-iranun-di-lingga/">http://www.pulaulingga.com/kampil-dan-jejak-bangsa-iranun-di-lingga/</a><br />
<br />Belitongdjadoelhttp://www.blogger.com/profile/12290830562209634753noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6842976411475620742.post-68861832070692793942017-11-02T03:32:00.000-07:002018-10-19T06:20:47.873-07:00beberapa koleksi keris di Museum TanjungpandanBerikut sebagian koleksi keris di Museum Tanjungpandan;<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiB-1gVlud59WBaSDbNbvXGYethNutaudn7gG9DDmU8lsn9p3p6j93ej_3gjzEOQSdEegTEe9symc2pPCj60_dZRHETovyVGciaUQYD9Ec55KfbyME-hvp7NQCxCxdUU6aQJ4fmg0tXIiQz/s1600/IMG-20171026-WA0008.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="1280" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiB-1gVlud59WBaSDbNbvXGYethNutaudn7gG9DDmU8lsn9p3p6j93ej_3gjzEOQSdEegTEe9symc2pPCj60_dZRHETovyVGciaUQYD9Ec55KfbyME-hvp7NQCxCxdUU6aQJ4fmg0tXIiQz/s320/IMG-20171026-WA0008.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
beberapa keris (yang disusun berdiri) dari kiri-kanan : urutan nomor 1, 3, 5 dan 6 menunjukkan dari warangka/sarung maupun gagang/hulu/dederan nya adalah keris Bugis, sedangkan keris urutan no 2 dan 4 adalah keris Palembang, khusus yang nomor dua termasuk jenis keris Patrem, yaitu keris yang berukuran pendek;</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMIGQrx0yzh-DBYgxUaz0GwJ8MNVHzZr4yj2FCaHaNMohdexVDA8lf195yLiof9BjpbfZMO6BrDdwgaw3DI5XoTds8FO3jtLrpY7wxBPUY0uQdOzZ6JlNSyrFCG7cCoun4ChxYBKOaCTsz/s1600/IMG-20171026-WA0010.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMIGQrx0yzh-DBYgxUaz0GwJ8MNVHzZr4yj2FCaHaNMohdexVDA8lf195yLiof9BjpbfZMO6BrDdwgaw3DI5XoTds8FO3jtLrpY7wxBPUY0uQdOzZ6JlNSyrFCG7cCoun4ChxYBKOaCTsz/s320/IMG-20171026-WA0010.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
urutan dari kiri-kanan (disusun berdiri) : urutan nomor 1, 2, 3, 6 adalah keris bugis, nomor 4 dan 5 keris melayu</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8ao2MGMPQ5IWfYc7gQ8qkweplWhI7foXDpo-bN1jQ9PTqDIU_lEPVDixgeKOy9VW2rxkzuSweUzrJ2Q4k4p2R-yNzNy6nkFVy1w1AwkiDRwi3MBI8BvT3Nb1D6meuWMkgAXGcc2FzqbM5/s1600/IMG-20171026-WA0012.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8ao2MGMPQ5IWfYc7gQ8qkweplWhI7foXDpo-bN1jQ9PTqDIU_lEPVDixgeKOy9VW2rxkzuSweUzrJ2Q4k4p2R-yNzNy6nkFVy1w1AwkiDRwi3MBI8BvT3Nb1D6meuWMkgAXGcc2FzqbM5/s320/IMG-20171026-WA0012.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
urutan dari kiri-kanan (yang dibaringkan) : no 1 dan 2 adalah keris Jawa dengan warangka jenis Ladrang</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRlZHQ3ZqhWVQsK1rx2K7b2ZVWwlHwHWdpZrF_C1xkCiOsseYzuYhyphenhyphen6IdzqGtGdRhbhvv4Xo-TaI7VyCm15vjUZ8LbzTBf_o_7on7-IdTXoC0C_P62OjD-gONPbXugl6cgK43SU93qoLZ5/s1600/IMG-20171026-WA0013.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRlZHQ3ZqhWVQsK1rx2K7b2ZVWwlHwHWdpZrF_C1xkCiOsseYzuYhyphenhyphen6IdzqGtGdRhbhvv4Xo-TaI7VyCm15vjUZ8LbzTBf_o_7on7-IdTXoC0C_P62OjD-gONPbXugl6cgK43SU93qoLZ5/s320/IMG-20171026-WA0013.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
dari kiri-kanan (yang dibaringkan) no 2 dari kiri adalah Sundang, masih keluarga keris, yaitu keris khas rumpun bangsa Moro (Filipina Selatan), yang antara lain yaitu suku Iranun/Illanun/Lanun, Maranao, Maguindanao dll, di Moro keris ini juga kadang disebut Kalis, ukurannya jauh lebih besar dari keris-keris di Nusantara pada umumnya dan dalam penggunaannya tidak lagi digunakan sebagai senjata penikam, akan tetapi sebagai senjata sabet/tebas selayaknya pedang (akan dibahas lebih mendalam dalam artikel khusus)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgF6OmVE3u0MNnRJUERsfm66lFB71_YyR2UvnCk9GRCgBIBvE7XI8OsS8-4yls4fpuuxFbwMdfPanOVtMJF6PhLrPD1iTkboKtf5Gm4N1dJecKDqFdegxKD-GhXF9k02Yml8mtM-Ge90URd/s1600/IMG-20171026-WA0014.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgF6OmVE3u0MNnRJUERsfm66lFB71_YyR2UvnCk9GRCgBIBvE7XI8OsS8-4yls4fpuuxFbwMdfPanOVtMJF6PhLrPD1iTkboKtf5Gm4N1dJecKDqFdegxKD-GhXF9k02Yml8mtM-Ge90URd/s320/IMG-20171026-WA0014.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
dari kiri-kanan (yang dibaringkan) no 2 dari kiri adalah jenis keris Penyalang atau keris Alang atau kadang juga dikenal dengan keris Bangkinang (karena dizaman dulu keris jenis ini banyak dibuat didaerah Bangkinang, Riau), keris penyalang berbentuk panjang dan ramping, umumnya tanpa luk atau tidak banyak luk, pada zaman dahulu keris Penyalang digunakan untuk eksekusi hukuman mati, yaitu Narapidana dari kalangan ningrat yang berbuat kesalahan (akan dibahas lebih mendalam dalam artikel khusus)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
sayangnya untuk dapat mengulas lebih dalam dan mendetail dari keris tersebut, saya belum mempunyai akses dan kesempatan untuk dapat mengamati dengan lebih seksama dan mendetail mengenai keris-keris tersebut, karena untuk mengetahui itu, keris perlu untuk dikeluarkan dari warangkanya untuk melihat bilahnya, yaitu untuk mengetahui jenis dhapur/tipe apa keris tersebut, bagaimana pamornya/jenis pamor dan lain-lain, semoga dilain kesempatan saya bisa mendapat izin untuk melihat dengan lebih seksama</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
foto-foto by Yanto</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
Belitongdjadoelhttp://www.blogger.com/profile/12290830562209634753noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6842976411475620742.post-30622255149156660312017-11-02T02:54:00.002-07:002018-10-19T06:23:54.790-07:00mencari jejak sejarah pada senjata-senjata pusaka di Belitung<div style="text-align: justify;">
Di Pulau Belitung (dibaca Belitong dalam dialeg lokal) banyak terdapat senjata-senjata tajam peninggalan leluhur jaman dahulu yang kadang disebut pula senjata pusaka, mulai dari senjata bilah panjang seperti pedang dan tombak, maupun yang bilah pendek seperti keris, badik, dll dengan berbagai variannya. senjata pusaka ini sebagian tersimpan sebagai koleksi dari beberapa museum yang ada di pulau Belitong seperti Museum Tanjungpandan, Museum Badau dan Museum Buding, sebagiannya lagi masih tersimpan dirumah-rumah penduduk sebagai benda pusaka warisan keluarga dan ada juga tersimpan dibeberapa orang kolektor yang menggemari senjata-senjata lawas tersebut;</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Kali ini akan saya jabarkan secara umum beberapa koleksi di Museum Tanjungpandan, seperti foto-foto dibawah ini;</div>
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9QurBLYORO6aWBxtNLVUPW-3TmZkcYn7xPSbHyZ73u0WH8ldsFr_LBx1YFP255DQjYfnTFJtfUvMiKO1yEAWc7YPRjBJlS8pOJD6ZOE_XitDgLi5aXZv5opJ0Y552xXvRU_1zVVeDEJgj/s1600/IMG-20171026-WA0008.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="1280" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9QurBLYORO6aWBxtNLVUPW-3TmZkcYn7xPSbHyZ73u0WH8ldsFr_LBx1YFP255DQjYfnTFJtfUvMiKO1yEAWc7YPRjBJlS8pOJD6ZOE_XitDgLi5aXZv5opJ0Y552xXvRU_1zVVeDEJgj/s320/IMG-20171026-WA0008.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_4lzbNngIS50h_-86V85YV1KYmVZ0dcTiuUo-vFRjo0CWf08ehmtzSmoZBZUHNEwrb7O94-JC6kNIIgU7wmv_0kdwBgT6iZb5KdKyMao-zKey9P5AvALwqYQo-0cUUkrdCM68WFFIxVoV/s1600/IMG-20171026-WA0010.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_4lzbNngIS50h_-86V85YV1KYmVZ0dcTiuUo-vFRjo0CWf08ehmtzSmoZBZUHNEwrb7O94-JC6kNIIgU7wmv_0kdwBgT6iZb5KdKyMao-zKey9P5AvALwqYQo-0cUUkrdCM68WFFIxVoV/s320/IMG-20171026-WA0010.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOMiiiwO2byw5FkEapxSp-d2aJ_wj63b7cC7QGrMwCANx2kZZfRUzZSKTSgMgDIHzIKzcneLs2CREtf1Y19MUhS1gQeUbDEotMsXZw8EzMiM2P0nGx8-7FzB5eZrCfhSzcNj6YL01bvlbs/s1600/IMG-20171026-WA0012.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOMiiiwO2byw5FkEapxSp-d2aJ_wj63b7cC7QGrMwCANx2kZZfRUzZSKTSgMgDIHzIKzcneLs2CREtf1Y19MUhS1gQeUbDEotMsXZw8EzMiM2P0nGx8-7FzB5eZrCfhSzcNj6YL01bvlbs/s320/IMG-20171026-WA0012.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWC31-lKIKWMGiq6ag85wf3JzNWbNEBe1WBAnLH2ElwAeHAsa9inFwKxuEv_Z3HZ802neE42L_j7aywCQkWQyV3JXNS8jYm5HGcxZhO1zRBhWH8bZcxgYkbZexRElA0CxLqKO96AJhwREZ/s1600/IMG-20171026-WA0013.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWC31-lKIKWMGiq6ag85wf3JzNWbNEBe1WBAnLH2ElwAeHAsa9inFwKxuEv_Z3HZ802neE42L_j7aywCQkWQyV3JXNS8jYm5HGcxZhO1zRBhWH8bZcxgYkbZexRElA0CxLqKO96AJhwREZ/s320/IMG-20171026-WA0013.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQSIplM6_EzuId1dKVQeZEE_pzc2sb1BTB9uPSehiPD3fbRVURky6dvDUYv9hZ1Cht4YfoHuavUzVRAO3-qHTxUMxo3oku-2qRO7GYWxmFjR1bYkv-Fa8wHmuvmvJKQfsrTTQynyKTEaeB/s1600/IMG-20171026-WA0014.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQSIplM6_EzuId1dKVQeZEE_pzc2sb1BTB9uPSehiPD3fbRVURky6dvDUYv9hZ1Cht4YfoHuavUzVRAO3-qHTxUMxo3oku-2qRO7GYWxmFjR1bYkv-Fa8wHmuvmvJKQfsrTTQynyKTEaeB/s320/IMG-20171026-WA0014.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgndiJNuTJ_ODg74KD9knetT8qi9Cg2QtBgeL8PXESAOBHacD752Ryu2JUiGzqhLlRItq9CZwaWWTUj-fmCYjNfR636a3WkanlhjmfhSNpuI14Cs3m7yUZYSwy_iNNImZhh1l7vIU8kfSFq/s1600/IMG-20171031-WA0012.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgndiJNuTJ_ODg74KD9knetT8qi9Cg2QtBgeL8PXESAOBHacD752Ryu2JUiGzqhLlRItq9CZwaWWTUj-fmCYjNfR636a3WkanlhjmfhSNpuI14Cs3m7yUZYSwy_iNNImZhh1l7vIU8kfSFq/s320/IMG-20171031-WA0012.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiZk63_aNGPwONQncSKtteuvl2TUPJxyU4m9SaYHWHleu98VLyJHyDGxEkEhCqUKYKVirocXIjgpnWYRjcXkrTQDno1N9FY_6gBDtliYTAkcJBpi49VxAosUWAmrQfH52ZYpuvPu2_Nt5A/s1600/IMG-20171031-WA0013.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiZk63_aNGPwONQncSKtteuvl2TUPJxyU4m9SaYHWHleu98VLyJHyDGxEkEhCqUKYKVirocXIjgpnWYRjcXkrTQDno1N9FY_6gBDtliYTAkcJBpi49VxAosUWAmrQfH52ZYpuvPu2_Nt5A/s320/IMG-20171031-WA0013.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU1d4biuaa0z2BcqKmsTxDrS3jLEttyug5mvzfAUV1L8EH-_aVWa9IiUc4QCF6wRChfIY_52bYe8A-XYwZuoNnCf1aGlPBkuSKrWoTf34Cdoy8SR-YNTxi0K2bkCIqgt-AU7sbHbVnnmiL/s1600/IMG-20171031-WA0014.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU1d4biuaa0z2BcqKmsTxDrS3jLEttyug5mvzfAUV1L8EH-_aVWa9IiUc4QCF6wRChfIY_52bYe8A-XYwZuoNnCf1aGlPBkuSKrWoTf34Cdoy8SR-YNTxi0K2bkCIqgt-AU7sbHbVnnmiL/s320/IMG-20171031-WA0014.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgACgyRVyL0zqiLFhIKDpxGVTpgSoVh1W5oXuH69rzUkpK-TavCB_slArQ_V8Ot1mV507zS0EuZ38PsZg4xovco2XGxPZUEAoXyzMeX27vRfQqTBUVnOWaOv7Biw1LlcwLFy36V6yR4gNOk/s1600/IMG-20171031-WA0015.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgACgyRVyL0zqiLFhIKDpxGVTpgSoVh1W5oXuH69rzUkpK-TavCB_slArQ_V8Ot1mV507zS0EuZ38PsZg4xovco2XGxPZUEAoXyzMeX27vRfQqTBUVnOWaOv7Biw1LlcwLFy36V6yR4gNOk/s320/IMG-20171031-WA0015.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaunY-zIgMCGKNaEjwzMHZxXcgjpWZZvS1jm9A20F63m59x9LARtaTOz88d9ZDPPRzrjQ2CZMKZObVc-mIIovT0Oh2zSZPBM2RUrkMeH83lhFGZoHxDufOm8275qGuGkiRDLEAkEZUfz1d/s1600/IMG-20171031-WA0016.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaunY-zIgMCGKNaEjwzMHZxXcgjpWZZvS1jm9A20F63m59x9LARtaTOz88d9ZDPPRzrjQ2CZMKZObVc-mIIovT0Oh2zSZPBM2RUrkMeH83lhFGZoHxDufOm8275qGuGkiRDLEAkEZUfz1d/s320/IMG-20171031-WA0016.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcSLSk8OFDHsSb-zns_1vASRg0qZxrZZoL0kbskGokz0mZM6woP6hjyz-d-4phdBBrJ5CRTr8IhTZ_VoeGcJcTjSdtPQf4kooQtz8VK4hISPL_i4qDm3w0asOpHT_Rd6aHIQyMtqCDD76R/s1600/IMG-20171031-WA0017.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcSLSk8OFDHsSb-zns_1vASRg0qZxrZZoL0kbskGokz0mZM6woP6hjyz-d-4phdBBrJ5CRTr8IhTZ_VoeGcJcTjSdtPQf4kooQtz8VK4hISPL_i4qDm3w0asOpHT_Rd6aHIQyMtqCDD76R/s320/IMG-20171031-WA0017.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhYH8l3THaltBkAtCC1JXM18-irxTnMxryhqASDvqBzVwxHfZhOmZLLZztpe6XCOKMR2nyExRXThraP0qPKAG1IQjf2TZ0Y0wN1aBbTtc7LGTbThpDeii6i_UquZlD_Fj37i60wkCgIGpg/s1600/IMG-20171031-WA0018.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhYH8l3THaltBkAtCC1JXM18-irxTnMxryhqASDvqBzVwxHfZhOmZLLZztpe6XCOKMR2nyExRXThraP0qPKAG1IQjf2TZ0Y0wN1aBbTtc7LGTbThpDeii6i_UquZlD_Fj37i60wkCgIGpg/s320/IMG-20171031-WA0018.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixFpB2q1QZFIhz1amhvSwqiNHsulZ9kWvfKd_VIgIJVH1g0UN8N0R4wZHqRup6lAyFc-H7BNWISgnXuUwNJLI7yXQwRh-0KsZ-elInnvh1wKfh-oaOChyphenhyphenEeWWons6jQHgC8iCNTDRuCXZI/s1600/IMG-20171031-WA0019.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixFpB2q1QZFIhz1amhvSwqiNHsulZ9kWvfKd_VIgIJVH1g0UN8N0R4wZHqRup6lAyFc-H7BNWISgnXuUwNJLI7yXQwRh-0KsZ-elInnvh1wKfh-oaOChyphenhyphenEeWWons6jQHgC8iCNTDRuCXZI/s320/IMG-20171031-WA0019.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgncJg2W6mBqtDTt6Jab9p3uAudvJga4-Gn1Lxz65c5Cudcn01HoWZnuB6k587dSqSDrEHjN5tB6S-hEmCNctfFHT3EW1_KlDRn_-hQc55LnWH_WdJACymf5BGlr4-rXg_x36fLNhzbC-VZ/s1600/IMG-20171031-WA0020.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgncJg2W6mBqtDTt6Jab9p3uAudvJga4-Gn1Lxz65c5Cudcn01HoWZnuB6k587dSqSDrEHjN5tB6S-hEmCNctfFHT3EW1_KlDRn_-hQc55LnWH_WdJACymf5BGlr4-rXg_x36fLNhzbC-VZ/s320/IMG-20171031-WA0020.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVR_5PPGyv-6sjJXI4NCR_NNR4lun4yS6bsB9vDiMqiCTJ_XVk9qK9YzTZy8bkqYcia38oYV0BiSLsSY2IQiibL5tbyzqXyE3ho2y3icdEPNPYXodbkfOwP_sCioeEmcbUOxtWFLh6Ze4h/s1600/IMG-20171031-WA0021.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVR_5PPGyv-6sjJXI4NCR_NNR4lun4yS6bsB9vDiMqiCTJ_XVk9qK9YzTZy8bkqYcia38oYV0BiSLsSY2IQiibL5tbyzqXyE3ho2y3icdEPNPYXodbkfOwP_sCioeEmcbUOxtWFLh6Ze4h/s320/IMG-20171031-WA0021.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWU0IUrvV_s06N8SHn57eMD-vbwd2qhkxwDd1ENMzPwCmRsjsDAX0VJHpmXjKqpkTY6QWuebbl5b3DDt9fPr_OKS9V_fOdrjOYkPJhYD2hyFu7x1f-H-NJPqBPrK1iwKqwJtMmN9MTCWX_/s1600/IMG-20171031-WA0022.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWU0IUrvV_s06N8SHn57eMD-vbwd2qhkxwDd1ENMzPwCmRsjsDAX0VJHpmXjKqpkTY6QWuebbl5b3DDt9fPr_OKS9V_fOdrjOYkPJhYD2hyFu7x1f-H-NJPqBPrK1iwKqwJtMmN9MTCWX_/s320/IMG-20171031-WA0022.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXhOQDIpZUEh45b7cuR8MnVUtc0rj6gabQrXTPh8ShdgIEPUemV3LAjczHd_2gG9-txpcgvxa7CNgSrbyYDIddVLOIiCU0a-PRVVQJCV-lgtWe-O1lUjHWAoeRxh8_zZ53czim_pw3veOa/s1600/IMG-20171031-WA0023.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="864" data-original-width="1152" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXhOQDIpZUEh45b7cuR8MnVUtc0rj6gabQrXTPh8ShdgIEPUemV3LAjczHd_2gG9-txpcgvxa7CNgSrbyYDIddVLOIiCU0a-PRVVQJCV-lgtWe-O1lUjHWAoeRxh8_zZ53czim_pw3veOa/s320/IMG-20171031-WA0023.jpg" width="320" /></a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Menariknya dari sekian banyak koleksi senjata di Museum Tanjungpandan tersebut, menunjukkan variatifnya asal senjata-senjata tersebut, seperti misalnya keris, ada keris khas melayu, khususnya khas Palembang, keris khas bugis, keris khas jawa, bahkan keris dari luar Indonesia pun ada, yaitu keris khas dari bangsa Moro di filipina selatan (termasuk sub sukunya seperti suku Iranun dll), dari varian pedang pun tak kalah variatifnya yaitu mulai dari pedang khas Palembang, pedang nabur asal Banjar, jenis-jenis podang/pisopodang (ada pendapat yang mengatakan pisopodang adalah asal sumatera utara, ada juga yang berpendapat asal kalimantan yaitu dipakai dayak Iban), pedang mandau, pedang katana jepang dengan beberapa variannya, pedang eropa, sampai pedang dari bangsa Iranun yaitu jenis Kampilan, serta pedang-pedang lain yang belum dapat saya identifikasi (mungkin saja jenis lokal), selain itu jenis belati (penikam) atau badik pun cukup bervariasi mulai dari badik melayu atau tumbuk lada melayu, badik Palembang atau yang disebut siwar, sampai kepada rencong aceh pun ada.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Dari pengamatan sepintas tersebut, atas beragamnya senjata-senjata pusaka yang ada di Museum Tanjungpandan, menimbulkan banyak sekali pertanyaan, diantaranya pertanyaan mengapa begitu variatifnya asal senjata-senjata tersebut? hal ini sepintas bisa kita jawab dengan pernyataan bahwa letak Belitung yang strategis, yaitu berada diperlintasan jalur laut yang ramai, sehingga memungkinkan Belitung sejak masa dahulu disinggahi oleh berbagai suku bangsa di Nusantara, namun apakah sesederhana itu, apakah mereka sekedar bersinggah? atau bahkan mereka menorehkan jejak sejarah yang mewarnai perjalanan peradaban di Pulau Belitung? hal itu nampaknya perlu mendapat kajian yang lebih mendalam. Pertanyaan selanjutnya seperti mengapa senjata yang dijadikan media untuk mencari jejak sejarah? sebagaimana kita ketahui, senjata adalah produk budaya, disitu tergambar banyak hal, mulai dari menunjukkan identitas/kekhasan suatu suku bangsa, suatu kerajaan, menunjukkan era dari kerajaan ataupun era pembuatan senjata itu ataupun era populernya penggunaan senjata itu sendiri, bahkan khusus keris, lebih-lebih lagi dapat menunjukkan era dengan lebih kompleks, karena keris, terutama keris jawa memiliki kekhasan langgam model/dhapur pada tiap era/jaman atau pun kerajaan, selain itu tiap era juga memiliki keunikan dari ciri bahan baku yang menandai era keris tsb dibuat, sehingga keris dapat di"tangguh" atau diestimasi dari era mana, misalnya keris dari era Singhasari, Majapahit, Pajajaran, Demak, Pajang, Mataram, Kartasura, Mataram Surakarta maupun Yogyakarta, walaupun keahlian untuk menangguh tersebut tidak dapat dilakukan oleh sebarang orang, akan tetapi hanya orang yang telah betul-betul mendalami dan bergelut dalam dunia perkerisan dalam tempo yang lama baru memiliki kompetensi untuk menangguh/memperkirakan tersebut;</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Mengingat cukup pentingnya "peran" senjata pusaka ini dalam mencari jejak sejarah dan budaya pada masa lalu, maka sudah semestinya untuk kedepannya, pihak Museum, maupun lembaga lainnya, memberikan informasi yang lebih luas dan mendalam tentang senjata-senjata pusaka ini, karena disitu akan banyak sekali informasi yang bernilai edukasi bagi generasi sekarang maupun yang akan datang, karena memuat informasi yang kaya akan sejarah dan budaya, agar generasi sekarang mengetahui jejak perjalanan para pendahulunya sekaligus untuk memupuk jatidiri generasi saat ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
keadaan yang ada saat ini, khususnya di Museum-museum yang terdapat di Belitung, tentunya masih perlu untuk mendapat banyak perhatian dari berbagai pihak terkait, agar nantinya dapat memberikan informasi-informasi yang lebih banyak dan mendalam atas peninggalan-peninggalan senjata pusaka tersebut, supaya mereka benda-benda pusaka yang tersusun rapi di lemari pajang tersebut tidak "bisu", karena saya yakin mereka sesungguhnya ingin "berbicara" banyak tentang mereka kepada generasi sekarang, yang mereka butuhkan adalah penerjemah bagi mereka, yaitu pihak-pihak yang memiliki kompetensi dibidang ini maupun siapa saja yang peduli dan tertarik untuk mengangkat soal dunia pusaka tosan aji di Pulau Belitung ini, tulisan-tulisan saya terkait persoalan ini tak lebih hanya sekedar penggugah agar kedepannya dilakukan penelitian yang lebih serius dan ilmiah oleh pihak yang berkompeten (saya sendiri hanya selaku penggemar yang hanya dapat menulis secara amatir tentang dunia tosan aji di Belitung ini) semoga kedepannya cita-cita kearah itu dapat terwujud, sebagaimana museum-museum lain yang sudah lebih dahulu memberikan informasi yang edukatif terhadap benda koleksi berupa senjata pusaka, dan ini tentunya bisa memberi warna baru dalam perkembangan Pariwisata Belitung, khususnya wisata mengenai sejarah dan budaya. semoga!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
foto-foto by Yanto</div>
</div>
Belitongdjadoelhttp://www.blogger.com/profile/12290830562209634753noreply@blogger.com0